Rabu, 07 Desember 2011


PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Masalah

Allah SWT menciptakan manusia untuk menjadi pemimpin di dunia dengan dilengkapi segenap organ tubuh dan kesempurnaan yaitu : akal, emosi, hawa nafsu dan kelengkapan lainnya. Berbagai kelengkapan tubuh itu yang menjadikan manusia lebih mulia dari mahluk Allah lainnya apabila manusia mampu memfungsikan segala potensi sesuai dengan proporsinya. Namun apabila manusia menyalah gunakan kelengkapan dan potensi yang diberikan Allah itu manusia dapat menjadi mahluk yang rendah dan bahkan lebuh rendah dari binatang sekalipun.
Potensi yang ada pada manusia, selayaknya difungsikan dan ditumbuh kembangkan sesuai dengan proporsinya, manusia akan mampu menjalankan fungsi kepemimpinannya apabila membekali diri dengan ilmu pengetahuan. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Alaq 1-5 :
اقرأ بسم ربك الذى خلق, خلق الانسان من علق, اقرأ وربك الاكرم, الذى علم بالقلم, علم الانسان ما لم يعلم.
Artinya :  Bacalah  dengan  (menyebut)  nama  Tuhanmu  yang   telah menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah Maha Pemurah. Yang mengajarkan manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan manusia apa  yang tidak diketahuinya. (Q.S. Al-Alaq 1-5). [1]


Sabda Nabi Muhammad SAW :
طلب العلم فريضة على كل مسلم ومسلمة
Artinya : Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim. (Shalih, Ibnu ‘Adi dan Baihaqi dari Anas).[2]
Dari dua nash tersebut dapat dipahami bahwa Agama Islam sangat menghargai ilmu pengetahuan dan pentingnya pendidikan yang menekankan perlunya orang belajar membaca dan menulis serta belajar ilmu pengetahuan.
Dengan berbekal ilmu pengetahuan manusia akan mendapat derajat yang tinggi dan kedudukan yang mulia baik menurut pandangan Allah SWT maupun manusia, dan hal imi dapat diperoleh cara beriman kepada Allah SWT dan memperbanyak serta memperluas ilmu pengetahuan. Allah SWT dalam firman-Nya mengungkapkan bahwa Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu beberapa derajat. Firman Allah dalam surat Al-Mujaadalah ayat 11 yaitu :
يرفع الله الذين امنوا منكم والذين اوتوا العلم درجات ان الله يعلم ما تعلمون.
Artinya : ….. Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang berilmu pengetahuan dengan beberapa derajat. Dan Allah Maha mengetahui terhadap apa-apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Mujaadalah : 11)[3]

Dalam kaitannya dengan menuntut ilmu tersebut, maka seiring dengan kemajuan zaman yang kian pesat, proses belajar tersebut semakin maju dan masalah yang sangat kompleks dan urgen. Salah satu dari kekomplekannya, dapat dilihat dari konteks kekinian baik mulai dari tantangan dan hambatan pendidikan ataupun tujuan yang hendak dicapai oleh pendidikan itu sendiri.
Untuk merealisasikan tujuan pembangunan nasional, nampaknya eksistensi pendidikan sangat urgen hal ini dapat dilihat dari tujuan Pendidikan Nasional yang termaktub dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 yaitu :
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung.[4]

Sebagai pendidik, orang tua yang semestinya mendidik sendiri anaknya, dalam beberapa aspek bisa diwakilkan dalam lembaga pendidikan formal tersebut yaitu sekolah. Sekolah atau Madrasah yang menjadi wakil dari amanat orang tua dalam mendidik anak harus memiliki kualifikasi yang cukup, dengan kata lain tidak semua lembaga pendidikan yang secara otomatis menjadi lembaga pendidikan yang baik. Dengan demikian kualifikasi merupakan prasarat wajib yang harus dimiliki lembaga pendidikan, baik itu dari segi tenaga edukatif, sarana dan prasarana maupun aspek lain yang terkait.
Berkaitan dengan masalah proses belajar mengajar di sekolah, siswa maupun guru yang akan melakukan dinamisasi dalam arti proses belajar mengajar tersebut merupakan sarana untuk mengembangkan diri dan ilmu pengetahuan, sikap maupun akhlaq. Hanya saja proses belajar tersebut tidak selamanya berjalan tanpa hambatan. Hambatan atau rintangan akan senantiasa muncul setiap waktu baik itu kesulitan mengajar guru, kesulitan belajar siswa dan sebagainya. Sehingga dengan beberapa hambatan tersebut diharapkan guru dan siswa yang bersangkutan akan lebih dinamis dan inovatif.
Keberadaan bimbingan dan penyuluhan di sekolah yang berperan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam berbagai hal terutama masalah kesulitan belajar harus senantiasa mendapat perhatian yang serius agar kesulitan belajar tersebut dapat segera teratasi. Dari sini peranan bimbingan dan penyuluhan disekolah mulai diperlukan dan bukan saja untuk mengatasi kesulitan belajar siswa akan tetapi juga membantu guru dalam mengenal siswanya secara lebih dalam sehingga bimbingan dan penyuluhan lebih sistimatis dan bermutu.
Bimbingan dan penyuluhan yang keberadaannya semakin dibutuhkan dalam dunia pendidikan merupakan suatu badan yang mempunyai fungsi sangat penting. Dengan kata lain bimbingan dan penyuluhan mempunyai peran dalam mencarikan jalan keluar dari setiap kesulitan yang dihadapi siswa dalam proses belajar mengajar. Bimbingan dan penyuluhan berfungsi untuk membantu kelancaran pendidikan dan pengajaran di sekolah, artinya dengan adanya bimbingan dan penyuluhan disekolah secara intensif akan memberi dampak baik secara langsung maupun secara tidak langsung yang akhirnya akan kembali pada keberhasilan pendidikan.
Berdasarkan pada pemikiran inilah kiranya perlu dilakukan penelitian tentang peranan bimbingan dan penyuluhan dalam menanggulangi kesulitan belajar siswa di Madrasah Tsanawiyah Tahun Pelajaran 2002/2003.

B.     Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah :
1.      Adakah peranan bimbingan dan penyuluhan dalam menanggulangi kesulitan belajar siswa di Madrasah Tsanawiyah ?
2.      Bagaimana peranan bimbingan dan penyuluhan dalam menanggulangi kesulitan belajar siswa di Madrasah Tsanawiyah ?

C.     Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian di dalam karya ilmiah merupakan target yang hendak dicapai melalui serangkaian aktivitas penelitian, karena segala yang diusahakan pasti mempunyai tujuan tertentu yang sesuai dengan permasalahannya.
Sesuai dengan persepsi tersebut dan berpijakpada rumusan masalah yang telah disebutkan, maka penelitian ini mempunyai tujuan :
  1. Ingin mengetahui ada tidaknya peranan bimbingan dan penyuluhan dalam menanggulangi kesulitan belajar siswa di Madrasah Tsanawiyah
  2. Ingin mengetahui bagaimana peranan bimbingan dan penyuluhan dalam menanggulangi kesulitan belajar siswa dengan bimbingan di Madrasah Tsanawiyah

D.    Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terkait utamanya bagi pihak-pihak berikut ini :
  1. Bagi Guru
Sebagai sarana untuk mengambil inisiatif dalam rangka penyempurnaan program proses belajar mengajar sehingga antara guru sebagai pendidik di sekolah dan siswa sebagai pihak yang perlu dididik bisa saling melengkapi dan bekerja sama dengan baik, sehingga prestasi belajar siswa akan selalu meningkat.
  1. Bagi Instansi
Sebagai bahan masukan dalam mengambil kebijaksanaan yang tepat dan memberikan/menambah sarana dan prasarana dalam rangka memberikan gairah dalam proses belajar mengajar guna meningkatkan mutu dan prestasi belajar siswa, sekaligus meningkatkan mutu pendidikan.
  1. Bagi Peneliti
Sebagai bahan latihan dalam penulisan karya ilmiah, sekaligus sebagai tambahan informasi mengenai bimbingan dan penyuluhan yang ada di lembaga madrasah khususnya di Madrasah Tsanawiyah
E.     Metode Penelitian
1.      Penentuan Populasi dan Sampel
Populasi menurut Suharsimi Arikunto adalah “keseluruhan subyek penelitian”[5]. Jadi populasi itu bersifat umum dan meliputi berbagai keadaan, sehingga yang menjadi populasi adalah seluruh personel yang ada di Madrasah Tsanawiyah
Sedangkan pengertian mengenai sampel menurut Suharsimi Arikunto adalah “sebagian atau wakil populasi yang diteliti”[6]
Adapun jenis sampel yang digunakan dalam penelitian ini, menggunakan proporsional sampel, menurut Sutrisno Hadi, berpendapat bahwa:
Proporsional sampel, jika populasi terdiri dari beberapa sub populasi yang tidak homogen dan tiap-tiap sub populasi akan diwakili dalam penyelidikan, maka pada prinsipnya ada dua jalan yang ditempuh :
1.      Mengambil sampel dari tiap-tiap sub populasi tidak memperhitungkan besar kecilnya sub populasi, atau
2.      Mengambil sampel dari tiap-tiap sub populasi dengan memperhitungkan besar kecilnya sub-sub populasi itu.”[7]
Untuk mengumpulkan data peneliti harus menentukan responden yang akan diteliti. Responden merupakan penjawab dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Data-data tersebut bisa menjadi data primer ataupun data skunder menurut kualitas data yang diberikan oleh responde tersebut.
Sutrisno Hadi adalah semua individu untuk siapa kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari sampel yang hendak digeneralisasikan. Sedangkan pengertian sampel adalah sebagian individu yang diselidiki”[8]
Dalam penelitian ini yang akan menjadi sampel adalah 1 Kepala sekolah, 2 guru BP, 40 orang siswa Madrasah Tsanawiyah .

2.      Metode Pengumpulan Data
a.       Metode Observasi
Metode observasi adalah suatu teknik untuk memperoleh data dengan menggunkan pengamatan (gejala-gejala) yang diselidiki.[9]
Berdasarkan pendapat-pendapat dapat dikemukakan bahwa Observasi adalah merupakan tekhnik atau metode untuk mengadakan penelitian dengan cara mengamati langsung terhadap kejadian, baik di sekolah maupun di luar sekolah dan hasilnya dicatat secara sempurna.
Dengan metode ini peneliti mengadakan pengamatan secara langsung terhadap obyek penelitian, dalam hal ini yang diamati adalah lokasi atau letak penelitian.. Dari sana dapat diketahui beberapa data yang dibutuhkan dalam kegiatan penelitian ini.
b.      Metode Angket
Angket atau kuesioner menurut Suharsimi Arikunto adalah, “sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui”.[10]
Berdasarkan pengertian tersebut di atas, maka  yang disebut angket adalah seperangkat pertanyaan yang harus dijawab oleh responden untuk memperoleh data yang diperlukan. Data yang dimaksud adalah data kuantitatif.
c.       Metode Interview
Metode ini disebut juga dengan wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara.[11]
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode wawancara yang bersifat tidak langsung, yaitu wawancara yang dilakukan dengan 1 pengasuh, 2 guru BP.
d.      Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan transkrip, agenda dan sebagainya.[12]
Peneliti menggunakan metode ini adalah untuk memperoleh data tentang Madrasah Tsanawiyah Nurul Hasaniyah Desa Sambirampak Kidul Kecamatan Kotaanyar Kabupaten Probolinggo.

3.      Metode Analisa Data
Setelah mengadakan serangkaian kegiatan (penelitian) dengan menggunakan beberapa metode di atas, maka data-data yang terkumpul dianalisa dengan menggunakan teknik deskriptif. Teknik ini dipergunakan untuk menganalisa data yang bersifat kualitatif atau data yang tidak dapat direalisasikan dengan angka. Adapun data yang bersifat kuantitatif akan dianalisa dengan menggunakan teknik prosentase, dimana akan digunakan rumus sebagai berikut :
             F
P   =  ------- x 100
             N

Keterangan : P : Prosentase
                     F : Frekuensi
                     N : Jumlah responden

F.      Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan merupakan rangkuman sementara dari sisi skripsi, yakni suatu gambaran tentang isi skripsi secara keseluruhan dan dari sistematika itulah dapat dijadikan satu arahan bagi pembaca untuk menelaahnya. Secara berurutan dalam sistematika ini adalah sebagai berikut :
BAB I        PENDAHULUAN
Dalam bab pendahuluan ini dikemukakan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, hipotesis penelitian, ruang lingkup dan keterbatasan penelitian, definisi operasional dan sistematika pembahasan.
BAB II       KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab kajian pustaka ini dikemukakan tentang Kajian tentang Peranan Bimbingan dan Penyuluhan yzng meliputi: Pengertian Bimbingan dan Penyuluhan, Fungsi dan Tujuan Bimbingan dan Penyuluhan, Cara-cara Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan, Sifat Bimbingan dan Penyuluhan, Jenis-jenis Bimbingan dan Penyuluhan. Dalam bab ini juga dibahas tentang cara menanggulangi kesulitan belajar serta kajian tentang peranan bimbingan dan penyuluhan dalam menanggulangi kesulitan belajar.


BAB III      HASIL PENELITIAN
Bab ini menjelaskan tentang deskripsi data yang terdiri dari sejarah berdiri, struktur organisasi, keadaan tenaga pengajar dan karyawan, keadaan siswa, usaha menanggulangi kesulitan belajar siswa, kegiatan bimbingan dan penyuluhan dalam menanggulangi kesulitan belajar mengajar. Selanjutnya akan dijelaskan tentang penyajian data, analisis data dan terakhir diskusi dan interpretasi.                      
BAB IV     KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab terakhir ini akan disajikan tentang kesimpulan sebagai hasil dari penelitian dan dilanjutkan dengan saran-saran yang sekiranya dapat dijadikan bahan pemikiran bagi yang berkepentingan.


PERANAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN DALAM MENANGGULANGI KESULITAN BELAJAR SISWA
DI MADRASAH TSANAWIYAH
TAHUN PELAJARAN 2003/2004









BAB I        PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang Masalah                                                                   
B.     Rumusan Masalah                                                                               
C.     Tujuan Penelitian                                                                                 
D.     Kegunaan Penelitian
E.      Metode Penelitian
1.      Penentuan Populasi dan Sampel Penelitian
2.      Metode Pengumpulan Data
3.      Metode Analisis Data                                                                   
F.      Sistematika Pembahasan                                                                     

BAB II       KAJIAN PUSTAKA
A.     Kajian tentang Peranan Bimbingan dan Penyuluhan                              
1.      Pengertian Bimbingan dan Penyuluhan                                            
2.      Fungsi dan Tujuan Bimbingan dan Penyuluhan                                
3.      Cara-cara Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan                         
4.      Sifat Bimbingan dan Penyuluhan                                                     
5.      Jenis-jenis Bimbingan dan Penyuluhan                                            
B.     Kajian tentang Menanggulangi Kesulitan Belajar                                  
C.     Kajian tentang Peranan Bimbingan dan Penyuluhan dalam
Menanggulangi Kesulitan Belajar                                                         


BAB III     HASIL PENELITIAN
A.     Deskripsi Data                                                                                    
Sejarah Berdirinya Madrasah Tsanawiyah                                             
1.      Struktur Organisasi Madrasah Tsanawiyah       
2.      Keadaan Tenaga Pengajar dan Karyawan                                     
3.      Keadaan Siswa Madrasah Tsanawiyah             
4.      Usaha Menanggulangi Kesulitan Belajar Siswa di
Madrasah Tsanawiyah Nurul Hasaniyah                                        
5.      Kegiatan Bimbingan dan Penyuluhan dalam
Menanggulangi Kesulitan Belajar Mengajar                                   
B.     Penyajian Data                                                                                   
C.     Analisis Data                                                                                      
D.     Diskusi dan Interpretasi                                                                       

BAB IV       KESIMPULAN DAN SARAN
A.     Kesimpulan                
B.     Saran             
Daftar Pustaka



[1] Departemen Agama RI, al-qur-an dan Terjemahannya, Jakarta : Proyek Penaggndaan Kitab Suci al-qur-an. Jakarta. 1984 .hal. 1097
[2] Ahdjad Nadjih  Terjemahan al-Jami’ush Shaghir Jilid III, Surabaya : PT Bina Ilmu. 1995. Jakarta.  hal. 330
[3] Departemen Agama RI. Op.Cit. hal. 910
[4] ………. Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Semarang : Tugu Muda. Hal. 5
[5] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta, 1993, hal. 102
[6] Ibid. hal. 177
[7] Sutrisno Hadi, Metodologi Rearch I, Andi Offset. Yogyakarta. 1993. hal. 91
[8] Ibid. hal. 70
[9] Ibid. hal. 36
[10] Suharsimi Arikunto, Op.Cit. hal. 104
[11] Suharsrimi Arikunto, Op.Cit. 144
[12] Suharsimi Arikunto, Op.Cit. hal. 198

Tugas PTK pPenelitian Tindakan Kelas






BAB I
PENDAHULUAN


A.     Latar Belakang

Pendidikan Taman Kanak-Kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan pra sekolah yang terdapat di jalur pendidikan sekolah (PP No. 27 Tahun 1990). Sebagai lembaga pendidikan pra-sekolah, tugas utama Taman Kanak-Kanak adalah mempersiapkan anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap perilaku, keterampilan dan intelektual agar dapat melakukan adaptasi dengan kegiatan belajar yang sesungguhnya di Sekolah Dasar.
Pandangan ini mengisyaratkan bahwa Taman Kanak-Kanak merupakan lembaga pendidikan pra-sekolah atau pra-akademik. Dengan demikian Taman Kanak-Kanak tidak mengemban tanggung jawab utama dalam membina kemampuan akademik anak seperti kemampuan membaca dan menulis. Substansi pembinaan kemampuan akademik atau skolastik ini harus menjadi tanggung jawab utama lembaga pendidikan Sekolah Dasar.
1
 
Alur pemikiran tersebut tidak selalu sejalan dan terimplementasikan dalam praktik kependidikan Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar di Indonesia. Pergeseran tanggung jawab pengembangan kemempuan skolastik dari Sekolah Dasar ke Taman Kanak-Kanak terjadi di mana-mana, baik secara terang-terangan maupun terselubung. Banyak Sekolah Dasar seringkali mengajukan persyaratan atau tes “membaca dan menulis”. Lembaga Pendidikan Sekolah Dasar seperti ini sering pula di anggap sebagai lembaga pendidikan “berkualitas dan bonafide”.
Peristiwa praktik pendidikan seperti itu mendorong lembaga pendidikan Taman Kanak-Kanak maupun orang tua berlomba mengajarkan kemampuan akademik membaca dan menulis dengan mengadapsi pola-pola pembelajaran di Sekolah Dasar. Akibatnya, tidak jarang Taman Kanak-Kanak tidak lagi menerapkan prinsip-prinsip bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain, sehingga Taman Kanak-Kanak tidak lagi taman yang indah, tempat bermain dan berteman banyak, tetapi beralih menjadi “Sekolah” Taman Kanak-Kanak dalam makna menyekolahkan secara dini pada anak-anak. Tanda-tandanya terlihat pada pentargetan kemampuan akademik membaca dan menulis agar bisa memasukkan anaknya ke Sekolah Dasar favorit.
Mengajarkan membaca dan menulis di Taman Kanak-Kanak dapat dilaksanakan selama batas-batas aturan pengembangan pra-sekolah serta mendasarkan diri pada prinsip dasar hakiki dari pendidikan Taman Kanak-Kanak sebagai sebuah taman bermain, sosialisasi, dan pengembangan berbagai kemampuan pra-skolastik yang lebih substansi yaitu bidang pengembangan kemampuan dasar yang meliputi kemampuan berbahasa atau membaca kognitif, fisik-motorik dan seni.
Mencermati kondisi kegiatan pembelajaran membaca dan menulis di Taman Kanak-Kanak yang berlangsung sebagaimana digambarkan di atas, perlu dilakukan penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan tertentu yang direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi. Dengan serangkaian tindakan itu diharapkan dapat mengubah suasana pembelajaran ke arah pembelajaran yang lebih memungkinkan siswa terlibat secara aktif dan menyenangkan. Hal itu dapat dicapai dengan melalui pembelajaran menggunakan media gambar. Media gambar adalah penyajian visual 2 dimensi yang dibuat berdasarkan unsur dan prinsip rancangan gambar, yang berisi unsur kehidupan sehari-hari tentang manusia benda-benda, binatang, peristiwa, tempat dan sebagainya (Taufik Rachmat, 1994).
Gambar banyak digunakan guru sebagai media dalam proses belajar mengajar, sebab mudah diperoleh tidak mahal dan efektif, serta menambah gairah dalam motivasi belajar siswa.

B.     Rumusan Masalah

Agar penelitian tindakan ini dapat lebih terarah, maka secara operational permasalahan penelitian ini difokuskan pada media gambar dan guru dalam pelaksananaan proses belajar mengajar, membaca di Kelompok B Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo. Secara rinci permasalahan penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1.      Bagaimanakah gambaran pembelajaran membaca dengan media gambar di Taman Kanak-Kanak secara klasikal ?
2.      Bagaimanakah gambaran pembelajaran membaca di Taman Kanak-Kanak dengan media gambar secara kelompok ?
3.      Apakah terjadi peningkatan kemampuan siswa dalam membaca setelah mereka mengikuti pembelajaran membaca dan menulis dengan menggunakan media gambar?

C.     Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menemukan terjadinya peningkatan kemampuan membaca dan menulis dengan menggunakan media gambar. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :
1.      Menggambarkan pembelajaran membaca di Taman Kanak-Kanak dengan media gambar secara klasikal.
2.      Menggambarkan pembelajaran membaca di Taman Kanak-Kanak dengan media gambar secara kelompok.
3.      Menemukan terjadinya peningkatan kemampuan siswa dalam membaca setelah menerapkan pembelajaran dengan menggunakan media gambar.

D.    Lingkup Penelitian
Lingkup penelitian yang menjadi batasan materi dalam penelitian adalah kemampuan berbahasa dengan media gambar di Taman Kanak-Kanak Kelompok B. penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelompok B Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo.

E.     Definisi Operasional
Untuk mendapatkan kesamaan arti pada penelitian ini dipertukarkan pendefinisian istilah :
1.      Kemampuan berbahasa yang diajarkan di Taman Kanak-Kanak kelompok B pada penelitian ini sesuai dengan materi yang terdapat pada kurikulum Taman Kanak-Kanak 2004 yaitu kemampuan membaca permulaan (pra membaca), sedangkan pelaksanaannya menggunakan pendekatan temaik dan pembelajaran yang berorientasi pada prinsip bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain.
2.      Yang dimaksud siswa mampu membaca permulaan (pra membaca) adalah siswa dapat menghubungkan dan menyebutkan tulisan sederhana dengan simbol yang melambangkannya atau media gambarnya.

F.      Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi :
1.      Siswa Taman Kanak-Kanak, agar mereka terbiasa dalam suasana kegiatan pembelajaran di Taman Kanak-Kanak yang menyenangkan dan tidak menakutkan.
2.      Bagi guru Taman Kanak-Kanak, dengan penerapan media gambar, guru memperoleh pengalaman baru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran kemampuan berbahasa di Taman Kanak-Kanak yang berpusat pada anak.
3.      Bagi peneliti, dapat membantu guru dalam mengatasi masalah dalam pembelajaran kemampuan berbahasa di Taman Kanak-Kanak.

BAB II





TINJAUAN PUSTAKA


A.     Perkembangan Kemampuan Berbahasa

Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi seorang anak untuk mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya. Anak-anak  yang memiliki kemampuan berbahasa yang baik pada umumnya memiliki kemampuan yang baik pula dalam mengungkapkan pemikiran, perasaan serta tindakan interaktif dengan lingkungannya. Kemampuan berbahasa ini tidak selalu didominasi oleh kemampuan membaca saja tetapi juga terdapat sub potensi lainnya yang memiliki peranan yang lebih besar seperti penguasaan kosa kata, pemahaman (mendengar dan menyimak) dan kemampuan berkomunikasi.
Pada usia Taman Kanak-Kanak (4 – 6 tahun), perkembangan kamampuan berbahasa anak ditandai oleh berbagai kemampuan sebagai berikut :
1.      Mampu menggunakan kata ganti saya dalam berkomunikasi.
2.      Memiliki  berbagai perbendaharaan kata kerja, kata sifat, kata keadaan, kata tanya dan kata sambung.
3.      Menunjukkan pengertian dan pemahaman tentang sesuatu.
4.     
7
 
Mampu menggungkapkan pikiran, perasaan, dan tindakan dengan menggunakan kalimat sederhana.
5.      Mampu membaca dan mengungkapkan sesuatu melalui gambar

Perkembangan kemampuan tersebut muncul ditandai oleh berbagai gejala seperti senang bertanya dan memberikan informasi tentang berbagai hal, berbicara sendiri, dengan atau tanpa menggunakan alat seperti (boneka, mobil mainan, dan sebagainya). Mencoret-coret buku atau dinding dan menceritakan sesuatu yang fantastik. Gejala-gejala ini merupakan pertanda munculnya kepermukaan berbagai jenis potensi tersembunyi (hidden potency) menjadi potensi tampak (actual potency). Kondisi tersebut menunjukkan berfungsi dan berkembangnya sel-sel saraf pada otak. (DepDikNas, 2000 : 6)
Secara khusus, perkembangan kemampuan membaca pada anak berlangsung dalam beberapa tahap sebagai berikut:
1.      Tahap fantasi (magical stage)
Pada tahap ini anak mulai belajar menggunakan buku, mulai berpikir bahwa buku itu penting, melihat atau membolak-balikan buku dan kadang-kadang anak membawa buku kesukaannya. Pada tahap pertama, guru dapat memberikan atau menunjukkan model/contoh tentang perlunya membaca, membacakan sesuatu pada anak, membicarakan buku pada anak.

2.      Tahap pembentukan konsep diri (self concept stage)
Anak memandang dirinya sebagai pembaca, dan mulai melibatkan diri dalam kegiatan membaca, pura-pura membaca buku, memberi makna pada gambar atau pengalaman sebelumnya dengan buku, menggunakan bahasa buku meskipun tidak cocok dengan tulisan.
Pada tahap kedua, orang tua atau guru memberikan rangsangan dengan jalan membacakan sesuatu pada anak. Guru hendaknya memberikan akses pada buku-buku yang diketahui anak-anak. Orang tua atau guru juga hendaknya melibatkan anak membacakan buku.

3.      Tahap membaca gambar (bridging reading stage)
Pada tahap ini anak menjadi sadar pada cetakan yang tampak serta dapat menemukan kata yang sudah dikenal, dapat mengungkapkan kata-kata yang memiliki makna dengan dirinya, dapat mengulang kembali cerita yang tertulis, dapat mengenal cetakan kata dari puisi atau lagu yang dikenalinya serta sudah mengenal abjad.
Pada tahap ketiga, guru membacakan sesuatu pada anak-anak, menghadirkan berbagai kosa kata pada lagu dan puisi, memberikan kesempatan sesering mungkin.

4.      Tahap pengenalan bacaan (take-off reader stage)
Anak mulai menggunakan tiga sistem isyarat (fraphoponic, semantic dan syntactic) secara bersama-sama. Anak tertarik pada bacaan, mulai mengingat kembali cetakan pada konteknya, berusaha mengenal tanda-tanda pada lingkungan serta membaca berbagai tanda seperti kotak susu, pasta gigi, atau papan iklan.
Pada tahap keempat guru masih harus membacakan sesuatu pada anak-anak sehingga mendorong anak membaca suatu pada berbagai situasi. Orang tua dan guru jangan memaksa anak membaca huruf secara sempurna.

5.      Tahap membaca lancar (independent reader stage)
Pada tahap ini anak dapat membaca berbagai jenis buku yang berbeda secara bebas. Menyusun pengertian dari tanda, pengalaman dan isyarat yang dikenalnya, dapat membuat perkiraan bahan-bahan bacaan. Bahan-bahan yang berhubungan secara langsung dengan pengalaman anak semakin mudah dibaca. (DepDikNas, 2000 : 7 – 8).

Untuk memberikan rangsangan positif terhadap munculnya berbagai potensi keberbahasaan anak diatas maka permainan dan berbagai alatnya memegang peranan penting. Lingkungan (termasuk didalamnya peranan orang tua dan guru) seharusnya menciptakan berbagai aktifitas bermain secara sederhana yang memberikan arah dan bimbingan agar berbagai potensi yang tampak akan tumbuh dan berkembang secara optimal

B.     Pembelajaran Kemampuan Berbahasa di Taman Kanak-Kanak
Untuk melaksanakan pembelajaran kemampuan berbahasa guru perlu mengindentifikasi kemampuan yang diharapkan di capai dalam kurikulum Taman Kanak-Kanak 2004 yang relevan, kemampuan-kemampuan tersebut dipilih dan dikelompokkan agar memudahkan guru yang identifikasi berbagai bentuk kemampuan yang mendasari perkembangan membaca dalam kegiatan belajar mengajar.
Kemampuan dalam Kurikulum Taman Kanak-Kanak 2004 dapat disusun dan dikelompokkan dalam permainan membaca sebagai berikut :
1.      Kemampuan mendengar
Kemampuan mendengar merupakan kemampuan anak untuk dapat menghayati alam dan mendengar pendapat orang lain dengan indera pendengaran. Kemampuan ini berkaitan dengan kesanggupan anak-anak mengangkap isi pesan dari orang lain secara benar

2.      Kemampuan melihat dan memahami
Kemampuan melihat merupakan kemampuan untuk dapat menghayati dan mengamati atau dengan menggunakan indera penglihatan. Kemampuan ini berkaitan dengan bentuk kesanggupan anak melihat sesuatu benda atau peristiwa serta membahami hal-hal yang berkaitan dengan sesuatu tersebut.

3.      Kamampuan berbicara
Kemampuan berbicara merupakan kemampuan anak berkomunikasi secara lisan dengan orang lain. Kemampuan ini memberikan gambaran tentang kesanggupan anak menyusun berbagai kosa kata yang telah dikuasai menjadi sesuatu rangkaian pembicaraan secara berstruktur.

4.      Membaca gambar
Kemampuan ini mengungkapkan kesanggupan anak membaca sesuatu menggunakan gambar. Kemampuan ini sebagai tahap awat dalam membaca permulaan, indikator yang termasuk dalam kemampuan ini adalah.
a.         Membuat gambar dan menceritakan isi gambar dengan beberapa coretan / tulisan yang sudah berbentuk huruf atau kata. (Bhs. 11)
b.         Bercerita tentang gambar yang disediakan atau dibuat sendiri dengan urut dan berbahasa yang jelas. (Bhs. 13)
c.         Mengurutkan dan menceritakan isi gambar seri (4 – 6 gambar). (Bhs. 14)
d.         Membaca buku untuk bergambar yang memiliki kalimat sederhana dan menceritakan isi buku dengan menunjukkan beberapa kata yang dikenalnya.
e.         Menghubungkan dan menyebutkan tulisan sederhana dengan simbol yang melambangkannya. (Bhs. 16)

Materi permainan disusun dan dikembangkan berdasarkan kemampuan yang akan dicapai. Disamping pengembangan materi harus diterapkan permainan yang cocok dengan kegiatan. Media dan sarana serta proses permainan sangat menentukan keberhasilan pembelajaran kemampuan berbahasa di Taman Kanak-Kanak. (DepDikNas, 2000 : 31)

C.     Media Gambar
Media gambar adalah penyajian visual 2 dimensi yang dibuat berdasarkan unsur dan prinsip rancangan gambar, yang berisi unsur kehidupan sehari-hari tentang manusia, benda-benda, binatang, peristiwa, tempat dan lain sebagainya. (Taufik Rachmat, 1994).
Gambar banyak digunakan guru sebagai media dalam proses belajar mengajar, sebab mudah diperoleh tidak mahal dan efektif. Di dalam buku-buku, majalah, dan surat kabar, banyak gambar yang pada suatu saat dapat digunakan dan dimanfaatkan sebagai media pembelajaran.
Media pembelajaran adalah segala sesuatu saat dapat digunakan dan dimanfaatkan sebagai media pembelajaran.
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang diguinakan guru untuk menyampaikan pesan pembelajaran yang dapat merangsang, menarik perhatian dan memudahkan siswa sehingga terjadi proses belajar yang menyenangkan. Dengan demikian di samping berfungsi sebagai sarana yang digunakan untuk menyalurkan pesan media pembelajaran juga berfungsi mempermudah siswa untuk belajar.


BAB III

   
 
METODE PENELITIAN


A.     Pendekatan Dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, penelitian ini berangkat dari masalah yang di dapat di lapangan, kemudian direfleksikan dan dianalisis berdasarkan teori yang menunjang, kemudian dilaksanakan tindakan di lapangan. Kesimpulan yang diperoleh tidak dapat digeneralisasikan pada ruang lingkup yang lebih luas, karena untuk kondisi dan situasi yang berbeda hasilnya dapat berbeda. Penelitian ini dapat dijadikan model untuk memberikan rekomendasi pada situasi yang lain (Arifin Imron, 1990 : 4)
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian berusaha untuk memahami makna peristiwa dari interaksi yang terjadi selama penelitian berlangsung.

B.     Model Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, karena penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkah pada penelitian tindakan yang meliputi penyusunan rencana, melaksanakan tindakan, mengobservasi, melakukan analisis dan refleksi terhadap hasil observasi dari hasil analisis dan refleksi setiap akhir kegiatan dilakukan tindakan perbaikan pada siklus yang berikutnya berdasarkan hasil analisis dan refleksi yang dibuat sebelumnya.
Pada model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini pembelajaran kemampuan membaca melalui penerapan media gambar.

C.     Rancangan Penelitian
Penelitian tindakan ini dilaksanakan dalam dua siklus kegiatan yaitu siklus 1 dan siklus 2. Masing-masing siklus terdiri 4 tahap kegiatan yaitu :
1.      Menyusun rencana tindakan
2.      Melaksanakan tindakan
3.      Melakukan observasi
4.      Membuat analisis dilanjutkan refleksi

Pada penelitian ini yang melaksanakan kegiatan mengajar adalah Kepala Taman Kanak-Kanak bersama-sama dengan guru kelompok B sekaligus sebagai observer

SIKLUS – 1

a.       Penyusunan rencana tindakan 1
Pada tahap ini Kepala Taman Kanak-Kanak menyusun rencana pembelajaran berdasarkan pokok bahasan dan tema yang akan diajarkan yaitu kemampuan membaca meliputi merumuskan tujuan pembelajaran, menyusun langkah-langkah pembelajaran, merencanakan alat peraga (media) apa yang sesuai pokok bahasan yang akan diajarkan dari bagaimana menggunakannya, serta menyusun alat evaluasi yang sesuai dengan tujuan.

b.      Pemberian tindakan 1
Guru melaksanakan pengajaran dengan menggunakan media gambar sesauai dengan perencanaan yang telah disusun. Pada kegiatan awal pembelajaran guru melakukan kegiatan berbagi dan bertanya serta tanya jawab tentang benda-benda di sekitar anak, siswa di bentuk tiga kelompok yang terdiri dari 7 – 8 anak, siswa, masing-masing kelompok di beri tugas untuk mengamati dan melihat gambar-gambar benda yang telah disediakan, kemudian siswa diminta menghubungkan antara tulisan (kata) dengan gambar benda yang melambangkan. Dengan memberikan tugas-tugas diharapkan siswa mendapat pemahaman tentang konsep kemampuan membaca permulaan dengan menggunakan media gambar dan kartu kata yang telah disediakan.

c.       Melakukan observasi
Pada waktu kegiatan pembelajaran berlangsung, Kepala Taman Kanak-Kanak bersama guru kelompok B melakukan observasi dan mencatat kejadian-kejadian selama kegiatan pembelajaran berlangsung yang nantinya dapat bermanfaat untuk pengambilan keputusan apakah guru dapat menggunakan kalimat dengan tepat atau perlu diadakan. Apakah tugs-tugas dan pertanyaan yang diajukan guru sudah mencerminkan pembelajaran kemampuan berbahasa (pra membaca)

d.      Pembuatan analisis dan refleksi
Dari hasil observasi dilakukan analisis pada tindakan 1 kemudian dilanjutkan dengan refleksi. Berdasarkan hasil analisis dan refleksi yang dilakukan bersama-sama ini, direncanakan perbaikan dengan melakukan tindakan 2 terhadap permasalahan-permasalahan yang masih ada. Untuk mengetahui apakah guru dapat menyusun rencana pembelajaran yang mencerminkan pembelajaran kemampuan berbahasa (pra membaca) dapat dilihat dan komponen-komponen yang terdapat pada rencana pembelajaran yang telah disusunnya.

SIKLUS – 2
a.       Penyusunan rencana tindakan 2
Rencana tindakan 2 disusun berdasarkan hasil analisis dan refleksi selama siklus 1.

b.      Pembelajaran tindakan 2
Tindakan 2 ini dilakukan terhadap permasalahan yang masih aa pada siklus 1. Diharapkan pada akhir tindakan 2, permasalahan guru dan siswa dalam pembelajaran kemampuan berbahasa (pra membaca) dapat diatasi.

c.       Pelaksanaan obersasi
Pada akhir tindakan 2 dilakukan analisis dan refleksi terhadap kegiatan yang telah dilakukan. Dan hasil analisis dan refleksi ini disusun kesimpulan dan saran dari seluruh kegiatan pada siklus 2.

d.      Data dan sumber data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa catatan-catatan, rencana persiapan mengajar, hasil observasi terhadap kegiatan pembelajaran dan hasil tugas atau pekerjaan siswa. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelompok B Taman Kanak-Kanak tahun pelajaran 2006 / 2007 berjumlah 23 anak. Jumlah tersebut terdiri atas 14 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan. Untuk memperolah data yang akurat dilakukan triaguliasi Kepala Taman Kanak-Kanak dan guru selama berlangsungnya penelitian.

e.       Teknik analisis data
Memperhatikan jenis data yang dikumpulkan, teknik data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis kualitatif. Analisis kualitatif dilakukan terhadap data kualitatif yang diperoleh dari hasil pengamatan terhadap siswa dan hal-hal lain yang nampak selama berlangsungnya penelitian.
Demikian juga aktivitas dan antusias siswa dalam pembelajaran juga didasarkan pada banyaknya indikator yang muncul. Selanjutnya dari hasil catatan dalam penelitian dilengkapi dengan hasil observasi, wawncara dan dokumentasi dilakukan analisis kualitatif.

f.        Lokasi penelitian
Lokasi penelitian tindakan ini adalah Taman Kanak-Kanak. Adapun pertimbangan pemilihan lokasi ini karena Taman Kanak-Kanak Pembina ini merupakan Taman Kanak-Kanak Negeri satu-satunya di wilayah Kecamatan Sedati dan merupakan tempat saya ditugaskan sebagai Kepala Taman Kanak-Kanak, sehingga memudahkan dalam pelaksanaan penelitian ini.


BAB IV
  HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN



Untuk mengatasi permasalahan tersebut disusunlah suatu pembelajaran dengan mengunakan media gambar dengan mengunakan penelitian tindakan kelas yang terdiri 2 siklus pembalajaran.

A.     SIKLUS I
1.      Persiapan Tindakan
Sebelum pembelajaran, peneliti (guru) membuat rancangan pembelajaran kemampuan berbahasa dengan mengunakan media gambar dan melaksanakan observasi dikelas untuk lebih mengenal karakter siswa sebelum melaksanakan akan pengajaran kemampuan berbahasa dengan indikator menghubungkan dan menyebutkan tulisan sederhana dengan simbol yang melambungkannya (bahasa 16) serta disesuaikan dengan tema tugas-tugas yang diberikan pada siswa dapat berupa tugas perorangan maupun kelompok.

2.      Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan dilakukan secara klasifikal dan kelompok :
a.       Pada kegiatan awal pembelajaran guru meminta satu siswa untuk menceritakan kejadian atau peristiwa yang dilihat dalam perjalanan berangkat dari rumah ke Taman Kanak-Kanak melalui kegiatan berbagi dn bertanya. Dari cerita ini, guru menanyakan pada siswa apa saja yang dapat diperoleh dari cerita tersebut.
b.      Guru mengajak siswa untuk mengamati benda-benda disekitar kelas dan guru menanyakan benda-benda yang dibutuhkan anak saat sekolah.
c.       Guru mengajarkan membaca dengan media gambar dan kartu kata dengan permainan menghubungkan atau mencocokkan kartu kata dengan gambar, guru meminta anak membaca kartu kata tersebut.
d.      Setiap siswa diberi tugas untuk memcocokkan gambar dengan kartu kartu kata yang ditunjukan guru secara ajak dan diminta untuk membaca kartu kata itu.

3.      Observasi pada Siklus I
a.       Pada waktu siswa bercerita tentang kejadian yang dilihat dalam perjalanan dari dari rumah ke Taman Kanak-Kanak, semua siswa nampak memperhatikan dan sekali-kali menyebutkan hal-hal yang sama yang diceritakan temannya.
b.      Waktu guru menanyakan kebutuhan apa saja yang diperlukan saat sekola, siswa dapat menyebutkan tas, buku, pensil, crayon, tempat minum, baju, celana, topi, sepatu.
c.       Pada saat siswa diminta membaca kartu kata itu, beberapa siswa dapat membaca dengan benar.
d.      Untuk tugas menghubungkan gambar dengan kartu kata, siswa dapat mencocokan kata dengan benar dan membaca kartu kata dengan benar, tetapi ada beberapa siswa yang tidak mau melaksanakan permainan tersebut.

4.      Analisis dan Refleksi Siklus I
a.       Pada waktu kegiatan berbagi bertanya, bercerita tentang kejadian disekitar anak, merupakan pengalaman bermanfaat bagi anak untuk menyampaikan sesuatu dengan bahasanya sendiri.
b.      Pada waktu guru meminta membaca kartu kata dibawa gambar, ada beberapa siswa membaca dengan benar, guru memberikan pujian kepada siswa.
c.       Karena media gambar dan kartu kata sedia dengan menaati, semua siswa nampak semangat terlihat dalam kegiatan ini.
d.      Setelah siswa bergantian menghubungkan kartu kata dengan gambar didepan kelas, ada beberapa anak tidak mau maju kedepan kelas untuk melaksanakan tugas itu, guru mendekati daan mengajak anak tersebut menghubungkan kartu kata dengan gambar yang disediakan.

5.      Siklus II
Kegiatan pada siklus kedua merupakan tindak lanjut dari kegiatan pada siklus pertama dalam kegiatan ini, guru mengingatkan kepada siswa tentang kegiatan yang telah dilaksanakan pada pertemuan sebelumnya yaaitu permainan mencocokan kartu kata dengan gambarnya.
Kegiatan dilanjutkan dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan permainan secara kelompok, kesempatan tersebut mendapat respon yang baik dari siswa. Hal ini terlihat minat anak melakukan permainan ini secara kelompok dan siswa dengan mudah mencocokan kartu kata dengan gambar serta lancar dalam membaca kartu kata.
Hasil tindakan pada siklus kedua ini diperoleh suatu perubahan, ternyata siswa ada peningkatan kemampuan dalam membaca kartu kata dalam permainan kelompok ini.


6.      Pembahasan
Berdasarkan hasil observasi selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran kemampuan berbahasa (PRA membaca) kelompok B Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Sedati dengan menggunakan media gambar dan kartu kata terlihat bahwa pengalaman belajar dengan bermainan siswa menjadi termotivasi untuk berkembang dan berkreasi. Siswa cenderung lebih semangat belajar membaca melalui permainan mengunakan gambar dan kartu kata. Hal ini sejalan dengan metode sintesa (montessoni) permainan membaca dilakukan dengan mengunakan  bantuan  gambar pada setiap memperkenalkan huruf atau kata, misalnya a disertai gambar ayam, atau apel. Begitu juga memperkenalkan kata buku disertai gambar buku.
Gambaran hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa diatas menunjukan bahwa sebenarnya siswa atau anak mempunyai kemampuanlebih dalam, kemampuan membaca dengan bantuan gambar. Guru diharapkan secara kreatif dan inovatif menggembangkan sendiri berbagai bentuk permainan membaca permulaan yang lebih menarik dan  menyenangkan anak.



BAB V



  

BAB I
PENDAHULUAN


A.     Latar Belakang

Pendidikan Taman Kanak-Kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan pra sekolah yang terdapat di jalur pendidikan sekolah (PP No. 27 Tahun 1990). Sebagai lembaga pendidikan pra-sekolah, tugas utama Taman Kanak-Kanak adalah mempersiapkan anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap perilaku, keterampilan dan intelektual agar dapat melakukan adaptasi dengan kegiatan belajar yang sesungguhnya di Sekolah Dasar.
Pandangan ini mengisyaratkan bahwa Taman Kanak-Kanak merupakan lembaga pendidikan pra-sekolah atau pra-akademik. Dengan demikian Taman Kanak-Kanak tidak mengemban tanggung jawab utama dalam membina kemampuan akademik anak seperti kemampuan membaca dan menulis. Substansi pembinaan kemampuan akademik atau skolastik ini harus menjadi tanggung jawab utama lembaga pendidikan Sekolah Dasar.
1
 
Alur pemikiran tersebut tidak selalu sejalan dan terimplementasikan dalam praktik kependidikan Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar di Indonesia. Pergeseran tanggung jawab pengembangan kemempuan skolastik dari Sekolah Dasar ke Taman Kanak-Kanak terjadi di mana-mana, baik secara terang-terangan maupun terselubung. Banyak Sekolah Dasar seringkali mengajukan persyaratan atau tes “membaca dan menulis”. Lembaga Pendidikan Sekolah Dasar seperti ini sering pula di anggap sebagai lembaga pendidikan “berkualitas dan bonafide”.
Peristiwa praktik pendidikan seperti itu mendorong lembaga pendidikan Taman Kanak-Kanak maupun orang tua berlomba mengajarkan kemampuan akademik membaca dan menulis dengan mengadapsi pola-pola pembelajaran di Sekolah Dasar. Akibatnya, tidak jarang Taman Kanak-Kanak tidak lagi menerapkan prinsip-prinsip bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain, sehingga Taman Kanak-Kanak tidak lagi taman yang indah, tempat bermain dan berteman banyak, tetapi beralih menjadi “Sekolah” Taman Kanak-Kanak dalam makna menyekolahkan secara dini pada anak-anak. Tanda-tandanya terlihat pada pentargetan kemampuan akademik membaca dan menulis agar bisa memasukkan anaknya ke Sekolah Dasar favorit.
Mengajarkan membaca dan menulis di Taman Kanak-Kanak dapat dilaksanakan selama batas-batas aturan pengembangan pra-sekolah serta mendasarkan diri pada prinsip dasar hakiki dari pendidikan Taman Kanak-Kanak sebagai sebuah taman bermain, sosialisasi, dan pengembangan berbagai kemampuan pra-skolastik yang lebih substansi yaitu bidang pengembangan kemampuan dasar yang meliputi kemampuan berbahasa atau membaca kognitif, fisik-motorik dan seni.
Mencermati kondisi kegiatan pembelajaran membaca dan menulis di Taman Kanak-Kanak yang berlangsung sebagaimana digambarkan di atas, perlu dilakukan penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan tertentu yang direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi. Dengan serangkaian tindakan itu diharapkan dapat mengubah suasana pembelajaran ke arah pembelajaran yang lebih memungkinkan siswa terlibat secara aktif dan menyenangkan. Hal itu dapat dicapai dengan melalui pembelajaran menggunakan media gambar. Media gambar adalah penyajian visual 2 dimensi yang dibuat berdasarkan unsur dan prinsip rancangan gambar, yang berisi unsur kehidupan sehari-hari tentang manusia benda-benda, binatang, peristiwa, tempat dan sebagainya (Taufik Rachmat, 1994).
Gambar banyak digunakan guru sebagai media dalam proses belajar mengajar, sebab mudah diperoleh tidak mahal dan efektif, serta menambah gairah dalam motivasi belajar siswa.

B.     Rumusan Masalah

Agar penelitian tindakan ini dapat lebih terarah, maka secara operational permasalahan penelitian ini difokuskan pada media gambar dan guru dalam pelaksananaan proses belajar mengajar, membaca di Kelompok B Taman Kanak-Kanak . Secara rinci permasalahan penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1.      Bagaimanakah gambaran pembelajaran membaca dengan media gambar di Taman Kanak-Kanak secara klasikal ?
2.      Bagaimanakah gambaran pembelajaran membaca di Taman Kanak-Kanak dengan media gambar secara kelompok ?
3.      Apakah terjadi peningkatan kemampuan siswa dalam membaca setelah mereka mengikuti pembelajaran membaca dan menulis dengan menggunakan media gambar?

C.     Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menemukan terjadinya peningkatan kemampuan membaca dan menulis dengan menggunakan media gambar. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :
1.      Menggambarkan pembelajaran membaca di Taman Kanak-Kanak dengan media gambar secara klasikal.
2.      Menggambarkan pembelajaran membaca di Taman Kanak-Kanak dengan media gambar secara kelompok.
3.      Menemukan terjadinya peningkatan kemampuan siswa dalam membaca setelah menerapkan pembelajaran dengan menggunakan media gambar.

D.    Lingkup Penelitian
Lingkup penelitian yang menjadi batasan materi dalam penelitian adalah kemampuan berbahasa dengan media gambar di Taman Kanak-Kanak Kelompok B. penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelompok B Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo.

E.     Definisi Operasional
Untuk mendapatkan kesamaan arti pada penelitian ini dipertukarkan pendefinisian istilah :
1.      Kemampuan berbahasa yang diajarkan di Taman Kanak-Kanak kelompok B pada penelitian ini sesuai dengan materi yang terdapat pada kurikulum Taman Kanak-Kanak 2004 yaitu kemampuan membaca permulaan (pra membaca), sedangkan pelaksanaannya menggunakan pendekatan temaik dan pembelajaran yang berorientasi pada prinsip bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain.
2.      Yang dimaksud siswa mampu membaca permulaan (pra membaca) adalah siswa dapat menghubungkan dan menyebutkan tulisan sederhana dengan simbol yang melambangkannya atau media gambarnya.

F.      Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi :
1.      Siswa Taman Kanak-Kanak, agar mereka terbiasa dalam suasana kegiatan pembelajaran di Taman Kanak-Kanak yang menyenangkan dan tidak menakutkan.
2.      Bagi guru Taman Kanak-Kanak, dengan penerapan media gambar, guru memperoleh pengalaman baru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran kemampuan berbahasa di Taman Kanak-Kanak yang berpusat pada anak.
3.      Bagi peneliti, dapat membantu guru dalam mengatasi masalah dalam pembelajaran kemampuan berbahasa di Taman Kanak-Kanak.

BAB II





TINJAUAN PUSTAKA


A.     Perkembangan Kemampuan Berbahasa

Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi seorang anak untuk mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya. Anak-anak  yang memiliki kemampuan berbahasa yang baik pada umumnya memiliki kemampuan yang baik pula dalam mengungkapkan pemikiran, perasaan serta tindakan interaktif dengan lingkungannya. Kemampuan berbahasa ini tidak selalu didominasi oleh kemampuan membaca saja tetapi juga terdapat sub potensi lainnya yang memiliki peranan yang lebih besar seperti penguasaan kosa kata, pemahaman (mendengar dan menyimak) dan kemampuan berkomunikasi.
Pada usia Taman Kanak-Kanak (4 – 6 tahun), perkembangan kamampuan berbahasa anak ditandai oleh berbagai kemampuan sebagai berikut :
1.      Mampu menggunakan kata ganti saya dalam berkomunikasi.
2.      Memiliki  berbagai perbendaharaan kata kerja, kata sifat, kata keadaan, kata tanya dan kata sambung.
3.      Menunjukkan pengertian dan pemahaman tentang sesuatu.
4.     
7
 
Mampu menggungkapkan pikiran, perasaan, dan tindakan dengan menggunakan kalimat sederhana.
5.      Mampu membaca dan mengungkapkan sesuatu melalui gambar

Perkembangan kemampuan tersebut muncul ditandai oleh berbagai gejala seperti senang bertanya dan memberikan informasi tentang berbagai hal, berbicara sendiri, dengan atau tanpa menggunakan alat seperti (boneka, mobil mainan, dan sebagainya). Mencoret-coret buku atau dinding dan menceritakan sesuatu yang fantastik. Gejala-gejala ini merupakan pertanda munculnya kepermukaan berbagai jenis potensi tersembunyi (hidden potency) menjadi potensi tampak (actual potency). Kondisi tersebut menunjukkan berfungsi dan berkembangnya sel-sel saraf pada otak. (DepDikNas, 2000 : 6)
Secara khusus, perkembangan kemampuan membaca pada anak berlangsung dalam beberapa tahap sebagai berikut:
1.      Tahap fantasi (magical stage)
Pada tahap ini anak mulai belajar menggunakan buku, mulai berpikir bahwa buku itu penting, melihat atau membolak-balikan buku dan kadang-kadang anak membawa buku kesukaannya. Pada tahap pertama, guru dapat memberikan atau menunjukkan model/contoh tentang perlunya membaca, membacakan sesuatu pada anak, membicarakan buku pada anak.

2.      Tahap pembentukan konsep diri (self concept stage)
Anak memandang dirinya sebagai pembaca, dan mulai melibatkan diri dalam kegiatan membaca, pura-pura membaca buku, memberi makna pada gambar atau pengalaman sebelumnya dengan buku, menggunakan bahasa buku meskipun tidak cocok dengan tulisan.
Pada tahap kedua, orang tua atau guru memberikan rangsangan dengan jalan membacakan sesuatu pada anak. Guru hendaknya memberikan akses pada buku-buku yang diketahui anak-anak. Orang tua atau guru juga hendaknya melibatkan anak membacakan buku.

3.      Tahap membaca gambar (bridging reading stage)
Pada tahap ini anak menjadi sadar pada cetakan yang tampak serta dapat menemukan kata yang sudah dikenal, dapat mengungkapkan kata-kata yang memiliki makna dengan dirinya, dapat mengulang kembali cerita yang tertulis, dapat mengenal cetakan kata dari puisi atau lagu yang dikenalinya serta sudah mengenal abjad.
Pada tahap ketiga, guru membacakan sesuatu pada anak-anak, menghadirkan berbagai kosa kata pada lagu dan puisi, memberikan kesempatan sesering mungkin.

4.      Tahap pengenalan bacaan (take-off reader stage)
Anak mulai menggunakan tiga sistem isyarat (fraphoponic, semantic dan syntactic) secara bersama-sama. Anak tertarik pada bacaan, mulai mengingat kembali cetakan pada konteknya, berusaha mengenal tanda-tanda pada lingkungan serta membaca berbagai tanda seperti kotak susu, pasta gigi, atau papan iklan.
Pada tahap keempat guru masih harus membacakan sesuatu pada anak-anak sehingga mendorong anak membaca suatu pada berbagai situasi. Orang tua dan guru jangan memaksa anak membaca huruf secara sempurna.

5.      Tahap membaca lancar (independent reader stage)
Pada tahap ini anak dapat membaca berbagai jenis buku yang berbeda secara bebas. Menyusun pengertian dari tanda, pengalaman dan isyarat yang dikenalnya, dapat membuat perkiraan bahan-bahan bacaan. Bahan-bahan yang berhubungan secara langsung dengan pengalaman anak semakin mudah dibaca. (DepDikNas, 2000 : 7 – 8).

Untuk memberikan rangsangan positif terhadap munculnya berbagai potensi keberbahasaan anak diatas maka permainan dan berbagai alatnya memegang peranan penting. Lingkungan (termasuk didalamnya peranan orang tua dan guru) seharusnya menciptakan berbagai aktifitas bermain secara sederhana yang memberikan arah dan bimbingan agar berbagai potensi yang tampak akan tumbuh dan berkembang secara optimal

B.     Pembelajaran Kemampuan Berbahasa di Taman Kanak-Kanak
Untuk melaksanakan pembelajaran kemampuan berbahasa guru perlu mengindentifikasi kemampuan yang diharapkan di capai dalam kurikulum Taman Kanak-Kanak 2004 yang relevan, kemampuan-kemampuan tersebut dipilih dan dikelompokkan agar memudahkan guru yang identifikasi berbagai bentuk kemampuan yang mendasari perkembangan membaca dalam kegiatan belajar mengajar.
Kemampuan dalam Kurikulum Taman Kanak-Kanak 2004 dapat disusun dan dikelompokkan dalam permainan membaca sebagai berikut :
1.      Kemampuan mendengar
Kemampuan mendengar merupakan kemampuan anak untuk dapat menghayati alam dan mendengar pendapat orang lain dengan indera pendengaran. Kemampuan ini berkaitan dengan kesanggupan anak-anak mengangkap isi pesan dari orang lain secara benar

2.      Kemampuan melihat dan memahami
Kemampuan melihat merupakan kemampuan untuk dapat menghayati dan mengamati atau dengan menggunakan indera penglihatan. Kemampuan ini berkaitan dengan bentuk kesanggupan anak melihat sesuatu benda atau peristiwa serta membahami hal-hal yang berkaitan dengan sesuatu tersebut.

3.      Kamampuan berbicara
Kemampuan berbicara merupakan kemampuan anak berkomunikasi secara lisan dengan orang lain. Kemampuan ini memberikan gambaran tentang kesanggupan anak menyusun berbagai kosa kata yang telah dikuasai menjadi sesuatu rangkaian pembicaraan secara berstruktur.

4.      Membaca gambar
Kemampuan ini mengungkapkan kesanggupan anak membaca sesuatu menggunakan gambar. Kemampuan ini sebagai tahap awat dalam membaca permulaan, indikator yang termasuk dalam kemampuan ini adalah.
a.         Membuat gambar dan menceritakan isi gambar dengan beberapa coretan / tulisan yang sudah berbentuk huruf atau kata. (Bhs. 11)
b.         Bercerita tentang gambar yang disediakan atau dibuat sendiri dengan urut dan berbahasa yang jelas. (Bhs. 13)
c.         Mengurutkan dan menceritakan isi gambar seri (4 – 6 gambar). (Bhs. 14)
d.         Membaca buku untuk bergambar yang memiliki kalimat sederhana dan menceritakan isi buku dengan menunjukkan beberapa kata yang dikenalnya.
e.         Menghubungkan dan menyebutkan tulisan sederhana dengan simbol yang melambangkannya. (Bhs. 16)

Materi permainan disusun dan dikembangkan berdasarkan kemampuan yang akan dicapai. Disamping pengembangan materi harus diterapkan permainan yang cocok dengan kegiatan. Media dan sarana serta proses permainan sangat menentukan keberhasilan pembelajaran kemampuan berbahasa di Taman Kanak-Kanak. (DepDikNas, 2000 : 31)

C.     Media Gambar
Media gambar adalah penyajian visual 2 dimensi yang dibuat berdasarkan unsur dan prinsip rancangan gambar, yang berisi unsur kehidupan sehari-hari tentang manusia, benda-benda, binatang, peristiwa, tempat dan lain sebagainya. (Taufik Rachmat, 1994).
Gambar banyak digunakan guru sebagai media dalam proses belajar mengajar, sebab mudah diperoleh tidak mahal dan efektif. Di dalam buku-buku, majalah, dan surat kabar, banyak gambar yang pada suatu saat dapat digunakan dan dimanfaatkan sebagai media pembelajaran.
Media pembelajaran adalah segala sesuatu saat dapat digunakan dan dimanfaatkan sebagai media pembelajaran.
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang diguinakan guru untuk menyampaikan pesan pembelajaran yang dapat merangsang, menarik perhatian dan memudahkan siswa sehingga terjadi proses belajar yang menyenangkan. Dengan demikian di samping berfungsi sebagai sarana yang digunakan untuk menyalurkan pesan media pembelajaran juga berfungsi mempermudah siswa untuk belajar.


BAB III


METODE PENELITIAN


A.     Pendekatan Dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, penelitian ini berangkat dari masalah yang di dapat di lapangan, kemudian direfleksikan dan dianalisis berdasarkan teori yang menunjang, kemudian dilaksanakan tindakan di lapangan. Kesimpulan yang diperoleh tidak dapat digeneralisasikan pada ruang lingkup yang lebih luas, karena untuk kondisi dan situasi yang berbeda hasilnya dapat berbeda. Penelitian ini dapat dijadikan model untuk memberikan rekomendasi pada situasi yang lain (Arifin Imron, 1990 : 4)
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian berusaha untuk memahami makna peristiwa dari interaksi yang terjadi selama penelitian berlangsung.

B.     Model Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, karena penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkah pada penelitian tindakan yang meliputi penyusunan rencana, melaksanakan tindakan, mengobservasi, melakukan analisis dan refleksi terhadap hasil observasi dari hasil analisis dan refleksi setiap akhir kegiatan dilakukan tindakan perbaikan pada siklus yang berikutnya berdasarkan hasil analisis dan refleksi yang dibuat sebelumnya.
Pada model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini pembelajaran kemampuan membaca melalui penerapan media gambar.

C.     Rancangan Penelitian
Penelitian tindakan ini dilaksanakan dalam dua siklus kegiatan yaitu siklus 1 dan siklus 2. Masing-masing siklus terdiri 4 tahap kegiatan yaitu :
1.      Menyusun rencana tindakan
2.      Melaksanakan tindakan
3.      Melakukan observasi
4.      Membuat analisis dilanjutkan refleksi

Pada penelitian ini yang melaksanakan kegiatan mengajar adalah Kepala Taman Kanak-Kanak bersama-sama dengan guru kelompok B sekaligus sebagai observer

SIKLUS – 1

a.       Penyusunan rencana tindakan 1
Pada tahap ini Kepala Taman Kanak-Kanak menyusun rencana pembelajaran berdasarkan pokok bahasan dan tema yang akan diajarkan yaitu kemampuan membaca meliputi merumuskan tujuan pembelajaran, menyusun langkah-langkah pembelajaran, merencanakan alat peraga (media) apa yang sesuai pokok bahasan yang akan diajarkan dari bagaimana menggunakannya, serta menyusun alat evaluasi yang sesuai dengan tujuan.

b.      Pemberian tindakan 1
Guru melaksanakan pengajaran dengan menggunakan media gambar sesauai dengan perencanaan yang telah disusun. Pada kegiatan awal pembelajaran guru melakukan kegiatan berbagi dan bertanya serta tanya jawab tentang benda-benda di sekitar anak, siswa di bentuk tiga kelompok yang terdiri dari 7 – 8 anak, siswa, masing-masing kelompok di beri tugas untuk mengamati dan melihat gambar-gambar benda yang telah disediakan, kemudian siswa diminta menghubungkan antara tulisan (kata) dengan gambar benda yang melambangkan. Dengan memberikan tugas-tugas diharapkan siswa mendapat pemahaman tentang konsep kemampuan membaca permulaan dengan menggunakan media gambar dan kartu kata yang telah disediakan.

c.       Melakukan observasi
Pada waktu kegiatan pembelajaran berlangsung, Kepala Taman Kanak-Kanak bersama guru kelompok B melakukan observasi dan mencatat kejadian-kejadian selama kegiatan pembelajaran berlangsung yang nantinya dapat bermanfaat untuk pengambilan keputusan apakah guru dapat menggunakan kalimat dengan tepat atau perlu diadakan. Apakah tugs-tugas dan pertanyaan yang diajukan guru sudah mencerminkan pembelajaran kemampuan berbahasa (pra membaca)

d.      Pembuatan analisis dan refleksi
Dari hasil observasi dilakukan analisis pada tindakan 1 kemudian dilanjutkan dengan refleksi. Berdasarkan hasil analisis dan refleksi yang dilakukan bersama-sama ini, direncanakan perbaikan dengan melakukan tindakan 2 terhadap permasalahan-permasalahan yang masih ada. Untuk mengetahui apakah guru dapat menyusun rencana pembelajaran yang mencerminkan pembelajaran kemampuan berbahasa (pra membaca) dapat dilihat dan komponen-komponen yang terdapat pada rencana pembelajaran yang telah disusunnya.

SIKLUS – 2
a.       Penyusunan rencana tindakan 2
Rencana tindakan 2 disusun berdasarkan hasil analisis dan refleksi selama siklus 1.

b.      Pembelajaran tindakan 2
Tindakan 2 ini dilakukan terhadap permasalahan yang masih aa pada siklus 1. Diharapkan pada akhir tindakan 2, permasalahan guru dan siswa dalam pembelajaran kemampuan berbahasa (pra membaca) dapat diatasi.

c.       Pelaksanaan obersasi
Pada akhir tindakan 2 dilakukan analisis dan refleksi terhadap kegiatan yang telah dilakukan. Dan hasil analisis dan refleksi ini disusun kesimpulan dan saran dari seluruh kegiatan pada siklus 2.

d.      Data dan sumber data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa catatan-catatan, rencana persiapan mengajar, hasil observasi terhadap kegiatan pembelajaran dan hasil tugas atau pekerjaan siswa. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelompok B Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Kecamatan Sedati tahun pelajaran 2006 / 2007 berjumlah 23 anak. Jumlah tersebut terdiri atas 14 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan. Untuk memperolah data yang akurat dilakukan triaguliasi Kepala Taman Kanak-Kanak dan guru selama berlangsungnya penelitian.

e.       Teknik analisis data
Memperhatikan jenis data yang dikumpulkan, teknik data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis kualitatif. Analisis kualitatif dilakukan terhadap data kualitatif yang diperoleh dari hasil pengamatan terhadap siswa dan hal-hal lain yang nampak selama berlangsungnya penelitian.
Demikian juga aktivitas dan antusias siswa dalam pembelajaran juga didasarkan pada banyaknya indikator yang muncul. Selanjutnya dari hasil catatan dalam penelitian dilengkapi dengan hasil observasi, wawncara dan dokumentasi dilakukan analisis kualitatif.

f.        Lokasi penelitian
Lokasi penelitian tindakan ini adalah Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo. Adapun pertimbangan pemilihan lokasi ini karena Taman Kanak-Kanak Pembina ini merupakan Taman Kanak-Kanak Negeri satu-satunya di wilayah Kecamatan Sedati dan merupakan tempat saya ditugaskan sebagai Kepala Taman Kanak-Kanak, sehingga memudahkan dalam pelaksanaan penelitian ini.


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN





Melihat dari permasalahan yang terdapat dalam pembelajaran kemampuan berbahasa sebelum penelitian ini dilaksanakan yaitu tidak jarang sebagai guru taman kanak-kanak dalam pelajaran ini kurang menarik dan menyenangkan siswa. Guru ini biasanya mengajarkan kemampuan membaca dengan mengeja yaitu cara lama yang sering dipakai orang tua untuk mengajar membaca, caranya dengan memperkenalkan huruf satu persatu terlebih dahulu dan menghafalkan bunyinya. Langkah selanjutnya adalah menghafal bunyi rangkaian menjadi sebuah suku kata. Dengan cara ini siswa Taman Kanak-Kanak sulit merangkaikan bunyi huruf yang satu dengan yang lain, bahkan pembelajaran seperti ini yang terkadang membuat siswa takut untuk sekolah.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut disusunlah suatu pembelajaran dengan mengunakan media gambar dengan mengunakan penelitian tindakan kelas yang terdiri 2 siklus pembalajaran.

A.     SIKLUS I
1.      Persiapan Tindakan
Sebelum pembelajaran, peneliti (guru) membuat rancangan pembelajaran kemampuan berbahasa dengan mengunakan media gambar dan melaksanakan observasi dikelas untuk lebih mengenal karakter siswa sebelum melaksanakan akan pengajaran kemampuan berbahasa dengan indikator menghubungkan dan menyebutkan tulisan sederhana dengan simbol yang melambungkannya (bahasa 16) serta disesuaikan dengan tema tugas-tugas yang diberikan pada siswa dapat berupa tugas perorangan maupun kelompok.

2.      Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan dilakukan secara klasifikal dan kelompok :
a.       Pada kegiatan awal pembelajaran guru meminta satu siswa untuk menceritakan kejadian atau peristiwa yang dilihat dalam perjalanan berangkat dari rumah ke Taman Kanak-Kanak melalui kegiatan berbagi dn bertanya. Dari cerita ini, guru menanyakan pada siswa apa saja yang dapat diperoleh dari cerita tersebut.
b.      Guru mengajak siswa untuk mengamati benda-benda disekitar kelas dan guru menanyakan benda-benda yang dibutuhkan anak saat sekolah.
c.       Guru mengajarkan membaca dengan media gambar dan kartu kata dengan permainan menghubungkan atau mencocokkan kartu kata dengan gambar, guru meminta anak membaca kartu kata tersebut.
d.      Setiap siswa diberi tugas untuk memcocokkan gambar dengan kartu kartu kata yang ditunjukan guru secara ajak dan diminta untuk membaca kartu kata itu.

3.      Observasi pada Siklus I
a.       Pada waktu siswa bercerita tentang kejadian yang dilihat dalam perjalanan dari dari rumah ke Taman Kanak-Kanak, semua siswa nampak memperhatikan dan sekali-kali menyebutkan hal-hal yang sama yang diceritakan temannya.
b.      Waktu guru menanyakan kebutuhan apa saja yang diperlukan saat sekola, siswa dapat menyebutkan tas, buku, pensil, crayon, tempat minum, baju, celana, topi, sepatu.
c.       Pada saat siswa diminta membaca kartu kata itu, beberapa siswa dapat membaca dengan benar.
d.      Untuk tugas menghubungkan gambar dengan kartu kata, siswa dapat mencocokan kata dengan benar dan membaca kartu kata dengan benar, tetapi ada beberapa siswa yang tidak mau melaksanakan permainan tersebut.

4.      Analisis dan Refleksi Siklus I
a.       Pada waktu kegiatan berbagi bertanya, bercerita tentang kejadian disekitar anak, merupakan pengalaman bermanfaat bagi anak untuk menyampaikan sesuatu dengan bahasanya sendiri.
b.      Pada waktu guru meminta membaca kartu kata dibawa gambar, ada beberapa siswa membaca dengan benar, guru memberikan pujian kepada siswa.
c.       Karena media gambar dan kartu kata sedia dengan menaati, semua siswa nampak semangat terlihat dalam kegiatan ini.
d.      Setelah siswa bergantian menghubungkan kartu kata dengan gambar didepan kelas, ada beberapa anak tidak mau maju kedepan kelas untuk melaksanakan tugas itu, guru mendekati daan mengajak anak tersebut menghubungkan kartu kata dengan gambar yang disediakan.

5.      Siklus II
Kegiatan pada siklus kedua merupakan tindak lanjut dari kegiatan pada siklus pertama dalam kegiatan ini, guru mengingatkan kepada siswa tentang kegiatan yang telah dilaksanakan pada pertemuan sebelumnya yaaitu permainan mencocokan kartu kata dengan gambarnya.
Kegiatan dilanjutkan dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan permainan secara kelompok, kesempatan tersebut mendapat respon yang baik dari siswa. Hal ini terlihat minat anak melakukan permainan ini secara kelompok dan siswa dengan mudah mencocokan kartu kata dengan gambar serta lancar dalam membaca kartu kata.
Hasil tindakan pada siklus kedua ini diperoleh suatu perubahan, ternyata siswa ada peningkatan kemampuan dalam membaca kartu kata dalam permainan kelompok ini.


6.      Pembahasan
Berdasarkan hasil observasi selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran kemampuan berbahasa (PRA membaca) kelompok B Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Sedati dengan menggunakan media gambar dan kartu kata terlihat bahwa pengalaman belajar dengan bermainan siswa menjadi termotivasi untuk berkembang dan berkreasi. Siswa cenderung lebih semangat belajar membaca melalui permainan mengunakan gambar dan kartu kata. Hal ini sejalan dengan metode sintesa (montessoni) permainan membaca dilakukan dengan mengunakan  bantuan  gambar pada setiap memperkenalkan huruf atau kata, misalnya a disertai gambar ayam, atau apel. Begitu juga memperkenalkan kata buku disertai gambar buku.
Gambaran hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa diatas menunjukan bahwa sebenarnya siswa atau anak mempunyai kemampuanlebih dalam, kemampuan membaca dengan bantuan gambar. Guru diharapkan secara kreatif dan inovatif menggembangkan sendiri berbagai bentuk permainan membaca permulaan yang lebih menarik dan  menyenangkan anak.


25
 
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN


A.     Kesimpulan
Dari hasil-hasil penelitian dilakukan pembelajaran kemampuan membaca permulaan (pra membaca) dengan menggunakan media gambar secara khusus penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.      Pembelajaran dengan menggunakan media gambar lebih meningkatkan kualitas pembelajaran pengembangan membaca permulaan.
2.      Penggunaan media gambar membuat kegiatan pembelajaran lebih menyenang dan siswa terlibat aktif.
3.      Penguasaan siswa terhadap pembelajaran membaca permulaan ini setelah siklus kedua > 80%, hal ini dapat dibuktikan dari kegiatan yang dilakukan siswa dalam mencocokkan kartu kata dengan gambar yang tersedia.

B.     Saran-Saran
1.           Berdasarkan pengalaman melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan media gambar ini diharapkan guru dapat mengembangkan model pembelajaran serupa untuk indikator-indikator atau pokok bahasan lainnya serta dapat menstransfer pengalamannya dengan guru yang lain.
2.           Supaya siswa TK mempunyai pengalaman dalam pembelajaran kemampuan berbahasa (pra membaca), yang menarik dan menyenangkan hendaknya Taman Kanak-Kanak menyediakan berbagai macam media gambar dan kartu kata.


















DAFTAR RUJUKAN


Dekdikbud, 1997. Media Dalam Proses Pembelajaran I. Pusat Pengembangan Penataran Guru IPS dan PMP Malang

Depdiknas 2000. Permainan Membaca dan Menulis Di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Depdiknas

Depdiknas. 2005. Kurikulum 2004 Taman Kanak-Kanak dan Roudlatul Athfal. Jakarta

Harti Kartini Dkk, 2003. Peningkatan Kemampuan Bertanya Siswa SD Dalam Pembelajaran IPA Melalui Penerapan Model Interaktif

Nurhakiki, Rini Dkk, 200. Implementasi Pendidikan Matematika Realistik Pada Pokok Bahasan Pengukuran di Kelas III SD Dalam Rangka Sosialisasi Kurikulum 2004, FMIP. A UM 2004

Nurani Musta’in, 2004. Anak Islam Suka Membaca, Surakarta : Penerbit Pusaka Anamah

Wina Sanjaya, 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan Jakarta. Penerbit Kencana Prenada Media.
KESIMPULAN DAN SARAN


A.     Kesimpulan
Dari hasil-hasil penelitian dilakukan pembelajaran kemampuan membaca permulaan (pra membaca) dengan menggunakan media gambar secara khusus penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.      Pembelajaran dengan menggunakan media gambar lebih meningkatkan kualitas pembelajaran pengembangan membaca permulaan.
2.      Penggunaan media gambar membuat kegiatan pembelajaran lebih menyenang dan siswa terlibat aktif.
3.      Penguasaan siswa terhadap pembelajaran membaca permulaan ini setelah siklus kedua > 80%, hal ini dapat dibuktikan dari kegiatan yang dilakukan siswa dalam mencocokkan kartu kata dengan gambar yang tersedia.

B.     Saran-Saran
1.           Berdasarkan pengalaman melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan media gambar ini diharapkan guru dapat mengembangkan model pembelajaran serupa untuk indikator-indikator atau pokok bahasan lainnya serta dapat menstransfer pengalamannya dengan guru yang lain.
2.           Supaya siswa TK mempunyai pengalaman dalam pembelajaran kemampuan berbahasa (pra membaca), yang menarik dan menyenangkan hendaknya Taman Kanak-Kanak menyediakan berbagai macam media gambar dan kartu kata.




DAFTAR RUJUKAN


Dekdikbud, 1997. Media Dalam Proses Pembelajaran I. Pusat Pengembangan Penataran Guru IPS dan PMP Malang

Depdiknas 2000. Permainan Membaca dan Menulis Di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Depdiknas

Depdiknas. 2005. Kurikulum 2004 Taman Kanak-Kanak dan Roudlatul Athfal. Jakarta

Harti Kartini Dkk, 2003. Peningkatan Kemampuan Bertanya Siswa SD Dalam Pembelajaran IPA Melalui Penerapan Model Interaktif

Nurhakiki, Rini Dkk, 200. Implementasi Pendidikan Matematika Realistik Pada Pokok Bahasan Pengukuran di Kelas III SD Dalam Rangka Sosialisasi Kurikulum 2004, FMIP. A UM 2004

Nurani Musta’in, 2004. Anak Islam Suka Membaca, Surakarta : Penerbit Pusaka Anamah

Wina Sanjaya, 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan Jakarta. Penerbit Kencana Prenada Media.