Rabu, 07 Desember 2011

Tugas PTK pPenelitian Tindakan Kelas






BAB I
PENDAHULUAN


A.     Latar Belakang

Pendidikan Taman Kanak-Kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan pra sekolah yang terdapat di jalur pendidikan sekolah (PP No. 27 Tahun 1990). Sebagai lembaga pendidikan pra-sekolah, tugas utama Taman Kanak-Kanak adalah mempersiapkan anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap perilaku, keterampilan dan intelektual agar dapat melakukan adaptasi dengan kegiatan belajar yang sesungguhnya di Sekolah Dasar.
Pandangan ini mengisyaratkan bahwa Taman Kanak-Kanak merupakan lembaga pendidikan pra-sekolah atau pra-akademik. Dengan demikian Taman Kanak-Kanak tidak mengemban tanggung jawab utama dalam membina kemampuan akademik anak seperti kemampuan membaca dan menulis. Substansi pembinaan kemampuan akademik atau skolastik ini harus menjadi tanggung jawab utama lembaga pendidikan Sekolah Dasar.
1
 
Alur pemikiran tersebut tidak selalu sejalan dan terimplementasikan dalam praktik kependidikan Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar di Indonesia. Pergeseran tanggung jawab pengembangan kemempuan skolastik dari Sekolah Dasar ke Taman Kanak-Kanak terjadi di mana-mana, baik secara terang-terangan maupun terselubung. Banyak Sekolah Dasar seringkali mengajukan persyaratan atau tes “membaca dan menulis”. Lembaga Pendidikan Sekolah Dasar seperti ini sering pula di anggap sebagai lembaga pendidikan “berkualitas dan bonafide”.
Peristiwa praktik pendidikan seperti itu mendorong lembaga pendidikan Taman Kanak-Kanak maupun orang tua berlomba mengajarkan kemampuan akademik membaca dan menulis dengan mengadapsi pola-pola pembelajaran di Sekolah Dasar. Akibatnya, tidak jarang Taman Kanak-Kanak tidak lagi menerapkan prinsip-prinsip bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain, sehingga Taman Kanak-Kanak tidak lagi taman yang indah, tempat bermain dan berteman banyak, tetapi beralih menjadi “Sekolah” Taman Kanak-Kanak dalam makna menyekolahkan secara dini pada anak-anak. Tanda-tandanya terlihat pada pentargetan kemampuan akademik membaca dan menulis agar bisa memasukkan anaknya ke Sekolah Dasar favorit.
Mengajarkan membaca dan menulis di Taman Kanak-Kanak dapat dilaksanakan selama batas-batas aturan pengembangan pra-sekolah serta mendasarkan diri pada prinsip dasar hakiki dari pendidikan Taman Kanak-Kanak sebagai sebuah taman bermain, sosialisasi, dan pengembangan berbagai kemampuan pra-skolastik yang lebih substansi yaitu bidang pengembangan kemampuan dasar yang meliputi kemampuan berbahasa atau membaca kognitif, fisik-motorik dan seni.
Mencermati kondisi kegiatan pembelajaran membaca dan menulis di Taman Kanak-Kanak yang berlangsung sebagaimana digambarkan di atas, perlu dilakukan penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan tertentu yang direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi. Dengan serangkaian tindakan itu diharapkan dapat mengubah suasana pembelajaran ke arah pembelajaran yang lebih memungkinkan siswa terlibat secara aktif dan menyenangkan. Hal itu dapat dicapai dengan melalui pembelajaran menggunakan media gambar. Media gambar adalah penyajian visual 2 dimensi yang dibuat berdasarkan unsur dan prinsip rancangan gambar, yang berisi unsur kehidupan sehari-hari tentang manusia benda-benda, binatang, peristiwa, tempat dan sebagainya (Taufik Rachmat, 1994).
Gambar banyak digunakan guru sebagai media dalam proses belajar mengajar, sebab mudah diperoleh tidak mahal dan efektif, serta menambah gairah dalam motivasi belajar siswa.

B.     Rumusan Masalah

Agar penelitian tindakan ini dapat lebih terarah, maka secara operational permasalahan penelitian ini difokuskan pada media gambar dan guru dalam pelaksananaan proses belajar mengajar, membaca di Kelompok B Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo. Secara rinci permasalahan penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1.      Bagaimanakah gambaran pembelajaran membaca dengan media gambar di Taman Kanak-Kanak secara klasikal ?
2.      Bagaimanakah gambaran pembelajaran membaca di Taman Kanak-Kanak dengan media gambar secara kelompok ?
3.      Apakah terjadi peningkatan kemampuan siswa dalam membaca setelah mereka mengikuti pembelajaran membaca dan menulis dengan menggunakan media gambar?

C.     Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menemukan terjadinya peningkatan kemampuan membaca dan menulis dengan menggunakan media gambar. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :
1.      Menggambarkan pembelajaran membaca di Taman Kanak-Kanak dengan media gambar secara klasikal.
2.      Menggambarkan pembelajaran membaca di Taman Kanak-Kanak dengan media gambar secara kelompok.
3.      Menemukan terjadinya peningkatan kemampuan siswa dalam membaca setelah menerapkan pembelajaran dengan menggunakan media gambar.

D.    Lingkup Penelitian
Lingkup penelitian yang menjadi batasan materi dalam penelitian adalah kemampuan berbahasa dengan media gambar di Taman Kanak-Kanak Kelompok B. penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelompok B Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo.

E.     Definisi Operasional
Untuk mendapatkan kesamaan arti pada penelitian ini dipertukarkan pendefinisian istilah :
1.      Kemampuan berbahasa yang diajarkan di Taman Kanak-Kanak kelompok B pada penelitian ini sesuai dengan materi yang terdapat pada kurikulum Taman Kanak-Kanak 2004 yaitu kemampuan membaca permulaan (pra membaca), sedangkan pelaksanaannya menggunakan pendekatan temaik dan pembelajaran yang berorientasi pada prinsip bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain.
2.      Yang dimaksud siswa mampu membaca permulaan (pra membaca) adalah siswa dapat menghubungkan dan menyebutkan tulisan sederhana dengan simbol yang melambangkannya atau media gambarnya.

F.      Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi :
1.      Siswa Taman Kanak-Kanak, agar mereka terbiasa dalam suasana kegiatan pembelajaran di Taman Kanak-Kanak yang menyenangkan dan tidak menakutkan.
2.      Bagi guru Taman Kanak-Kanak, dengan penerapan media gambar, guru memperoleh pengalaman baru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran kemampuan berbahasa di Taman Kanak-Kanak yang berpusat pada anak.
3.      Bagi peneliti, dapat membantu guru dalam mengatasi masalah dalam pembelajaran kemampuan berbahasa di Taman Kanak-Kanak.

BAB II





TINJAUAN PUSTAKA


A.     Perkembangan Kemampuan Berbahasa

Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi seorang anak untuk mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya. Anak-anak  yang memiliki kemampuan berbahasa yang baik pada umumnya memiliki kemampuan yang baik pula dalam mengungkapkan pemikiran, perasaan serta tindakan interaktif dengan lingkungannya. Kemampuan berbahasa ini tidak selalu didominasi oleh kemampuan membaca saja tetapi juga terdapat sub potensi lainnya yang memiliki peranan yang lebih besar seperti penguasaan kosa kata, pemahaman (mendengar dan menyimak) dan kemampuan berkomunikasi.
Pada usia Taman Kanak-Kanak (4 – 6 tahun), perkembangan kamampuan berbahasa anak ditandai oleh berbagai kemampuan sebagai berikut :
1.      Mampu menggunakan kata ganti saya dalam berkomunikasi.
2.      Memiliki  berbagai perbendaharaan kata kerja, kata sifat, kata keadaan, kata tanya dan kata sambung.
3.      Menunjukkan pengertian dan pemahaman tentang sesuatu.
4.     
7
 
Mampu menggungkapkan pikiran, perasaan, dan tindakan dengan menggunakan kalimat sederhana.
5.      Mampu membaca dan mengungkapkan sesuatu melalui gambar

Perkembangan kemampuan tersebut muncul ditandai oleh berbagai gejala seperti senang bertanya dan memberikan informasi tentang berbagai hal, berbicara sendiri, dengan atau tanpa menggunakan alat seperti (boneka, mobil mainan, dan sebagainya). Mencoret-coret buku atau dinding dan menceritakan sesuatu yang fantastik. Gejala-gejala ini merupakan pertanda munculnya kepermukaan berbagai jenis potensi tersembunyi (hidden potency) menjadi potensi tampak (actual potency). Kondisi tersebut menunjukkan berfungsi dan berkembangnya sel-sel saraf pada otak. (DepDikNas, 2000 : 6)
Secara khusus, perkembangan kemampuan membaca pada anak berlangsung dalam beberapa tahap sebagai berikut:
1.      Tahap fantasi (magical stage)
Pada tahap ini anak mulai belajar menggunakan buku, mulai berpikir bahwa buku itu penting, melihat atau membolak-balikan buku dan kadang-kadang anak membawa buku kesukaannya. Pada tahap pertama, guru dapat memberikan atau menunjukkan model/contoh tentang perlunya membaca, membacakan sesuatu pada anak, membicarakan buku pada anak.

2.      Tahap pembentukan konsep diri (self concept stage)
Anak memandang dirinya sebagai pembaca, dan mulai melibatkan diri dalam kegiatan membaca, pura-pura membaca buku, memberi makna pada gambar atau pengalaman sebelumnya dengan buku, menggunakan bahasa buku meskipun tidak cocok dengan tulisan.
Pada tahap kedua, orang tua atau guru memberikan rangsangan dengan jalan membacakan sesuatu pada anak. Guru hendaknya memberikan akses pada buku-buku yang diketahui anak-anak. Orang tua atau guru juga hendaknya melibatkan anak membacakan buku.

3.      Tahap membaca gambar (bridging reading stage)
Pada tahap ini anak menjadi sadar pada cetakan yang tampak serta dapat menemukan kata yang sudah dikenal, dapat mengungkapkan kata-kata yang memiliki makna dengan dirinya, dapat mengulang kembali cerita yang tertulis, dapat mengenal cetakan kata dari puisi atau lagu yang dikenalinya serta sudah mengenal abjad.
Pada tahap ketiga, guru membacakan sesuatu pada anak-anak, menghadirkan berbagai kosa kata pada lagu dan puisi, memberikan kesempatan sesering mungkin.

4.      Tahap pengenalan bacaan (take-off reader stage)
Anak mulai menggunakan tiga sistem isyarat (fraphoponic, semantic dan syntactic) secara bersama-sama. Anak tertarik pada bacaan, mulai mengingat kembali cetakan pada konteknya, berusaha mengenal tanda-tanda pada lingkungan serta membaca berbagai tanda seperti kotak susu, pasta gigi, atau papan iklan.
Pada tahap keempat guru masih harus membacakan sesuatu pada anak-anak sehingga mendorong anak membaca suatu pada berbagai situasi. Orang tua dan guru jangan memaksa anak membaca huruf secara sempurna.

5.      Tahap membaca lancar (independent reader stage)
Pada tahap ini anak dapat membaca berbagai jenis buku yang berbeda secara bebas. Menyusun pengertian dari tanda, pengalaman dan isyarat yang dikenalnya, dapat membuat perkiraan bahan-bahan bacaan. Bahan-bahan yang berhubungan secara langsung dengan pengalaman anak semakin mudah dibaca. (DepDikNas, 2000 : 7 – 8).

Untuk memberikan rangsangan positif terhadap munculnya berbagai potensi keberbahasaan anak diatas maka permainan dan berbagai alatnya memegang peranan penting. Lingkungan (termasuk didalamnya peranan orang tua dan guru) seharusnya menciptakan berbagai aktifitas bermain secara sederhana yang memberikan arah dan bimbingan agar berbagai potensi yang tampak akan tumbuh dan berkembang secara optimal

B.     Pembelajaran Kemampuan Berbahasa di Taman Kanak-Kanak
Untuk melaksanakan pembelajaran kemampuan berbahasa guru perlu mengindentifikasi kemampuan yang diharapkan di capai dalam kurikulum Taman Kanak-Kanak 2004 yang relevan, kemampuan-kemampuan tersebut dipilih dan dikelompokkan agar memudahkan guru yang identifikasi berbagai bentuk kemampuan yang mendasari perkembangan membaca dalam kegiatan belajar mengajar.
Kemampuan dalam Kurikulum Taman Kanak-Kanak 2004 dapat disusun dan dikelompokkan dalam permainan membaca sebagai berikut :
1.      Kemampuan mendengar
Kemampuan mendengar merupakan kemampuan anak untuk dapat menghayati alam dan mendengar pendapat orang lain dengan indera pendengaran. Kemampuan ini berkaitan dengan kesanggupan anak-anak mengangkap isi pesan dari orang lain secara benar

2.      Kemampuan melihat dan memahami
Kemampuan melihat merupakan kemampuan untuk dapat menghayati dan mengamati atau dengan menggunakan indera penglihatan. Kemampuan ini berkaitan dengan bentuk kesanggupan anak melihat sesuatu benda atau peristiwa serta membahami hal-hal yang berkaitan dengan sesuatu tersebut.

3.      Kamampuan berbicara
Kemampuan berbicara merupakan kemampuan anak berkomunikasi secara lisan dengan orang lain. Kemampuan ini memberikan gambaran tentang kesanggupan anak menyusun berbagai kosa kata yang telah dikuasai menjadi sesuatu rangkaian pembicaraan secara berstruktur.

4.      Membaca gambar
Kemampuan ini mengungkapkan kesanggupan anak membaca sesuatu menggunakan gambar. Kemampuan ini sebagai tahap awat dalam membaca permulaan, indikator yang termasuk dalam kemampuan ini adalah.
a.         Membuat gambar dan menceritakan isi gambar dengan beberapa coretan / tulisan yang sudah berbentuk huruf atau kata. (Bhs. 11)
b.         Bercerita tentang gambar yang disediakan atau dibuat sendiri dengan urut dan berbahasa yang jelas. (Bhs. 13)
c.         Mengurutkan dan menceritakan isi gambar seri (4 – 6 gambar). (Bhs. 14)
d.         Membaca buku untuk bergambar yang memiliki kalimat sederhana dan menceritakan isi buku dengan menunjukkan beberapa kata yang dikenalnya.
e.         Menghubungkan dan menyebutkan tulisan sederhana dengan simbol yang melambangkannya. (Bhs. 16)

Materi permainan disusun dan dikembangkan berdasarkan kemampuan yang akan dicapai. Disamping pengembangan materi harus diterapkan permainan yang cocok dengan kegiatan. Media dan sarana serta proses permainan sangat menentukan keberhasilan pembelajaran kemampuan berbahasa di Taman Kanak-Kanak. (DepDikNas, 2000 : 31)

C.     Media Gambar
Media gambar adalah penyajian visual 2 dimensi yang dibuat berdasarkan unsur dan prinsip rancangan gambar, yang berisi unsur kehidupan sehari-hari tentang manusia, benda-benda, binatang, peristiwa, tempat dan lain sebagainya. (Taufik Rachmat, 1994).
Gambar banyak digunakan guru sebagai media dalam proses belajar mengajar, sebab mudah diperoleh tidak mahal dan efektif. Di dalam buku-buku, majalah, dan surat kabar, banyak gambar yang pada suatu saat dapat digunakan dan dimanfaatkan sebagai media pembelajaran.
Media pembelajaran adalah segala sesuatu saat dapat digunakan dan dimanfaatkan sebagai media pembelajaran.
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang diguinakan guru untuk menyampaikan pesan pembelajaran yang dapat merangsang, menarik perhatian dan memudahkan siswa sehingga terjadi proses belajar yang menyenangkan. Dengan demikian di samping berfungsi sebagai sarana yang digunakan untuk menyalurkan pesan media pembelajaran juga berfungsi mempermudah siswa untuk belajar.


BAB III

   
 
METODE PENELITIAN


A.     Pendekatan Dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, penelitian ini berangkat dari masalah yang di dapat di lapangan, kemudian direfleksikan dan dianalisis berdasarkan teori yang menunjang, kemudian dilaksanakan tindakan di lapangan. Kesimpulan yang diperoleh tidak dapat digeneralisasikan pada ruang lingkup yang lebih luas, karena untuk kondisi dan situasi yang berbeda hasilnya dapat berbeda. Penelitian ini dapat dijadikan model untuk memberikan rekomendasi pada situasi yang lain (Arifin Imron, 1990 : 4)
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian berusaha untuk memahami makna peristiwa dari interaksi yang terjadi selama penelitian berlangsung.

B.     Model Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, karena penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkah pada penelitian tindakan yang meliputi penyusunan rencana, melaksanakan tindakan, mengobservasi, melakukan analisis dan refleksi terhadap hasil observasi dari hasil analisis dan refleksi setiap akhir kegiatan dilakukan tindakan perbaikan pada siklus yang berikutnya berdasarkan hasil analisis dan refleksi yang dibuat sebelumnya.
Pada model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini pembelajaran kemampuan membaca melalui penerapan media gambar.

C.     Rancangan Penelitian
Penelitian tindakan ini dilaksanakan dalam dua siklus kegiatan yaitu siklus 1 dan siklus 2. Masing-masing siklus terdiri 4 tahap kegiatan yaitu :
1.      Menyusun rencana tindakan
2.      Melaksanakan tindakan
3.      Melakukan observasi
4.      Membuat analisis dilanjutkan refleksi

Pada penelitian ini yang melaksanakan kegiatan mengajar adalah Kepala Taman Kanak-Kanak bersama-sama dengan guru kelompok B sekaligus sebagai observer

SIKLUS – 1

a.       Penyusunan rencana tindakan 1
Pada tahap ini Kepala Taman Kanak-Kanak menyusun rencana pembelajaran berdasarkan pokok bahasan dan tema yang akan diajarkan yaitu kemampuan membaca meliputi merumuskan tujuan pembelajaran, menyusun langkah-langkah pembelajaran, merencanakan alat peraga (media) apa yang sesuai pokok bahasan yang akan diajarkan dari bagaimana menggunakannya, serta menyusun alat evaluasi yang sesuai dengan tujuan.

b.      Pemberian tindakan 1
Guru melaksanakan pengajaran dengan menggunakan media gambar sesauai dengan perencanaan yang telah disusun. Pada kegiatan awal pembelajaran guru melakukan kegiatan berbagi dan bertanya serta tanya jawab tentang benda-benda di sekitar anak, siswa di bentuk tiga kelompok yang terdiri dari 7 – 8 anak, siswa, masing-masing kelompok di beri tugas untuk mengamati dan melihat gambar-gambar benda yang telah disediakan, kemudian siswa diminta menghubungkan antara tulisan (kata) dengan gambar benda yang melambangkan. Dengan memberikan tugas-tugas diharapkan siswa mendapat pemahaman tentang konsep kemampuan membaca permulaan dengan menggunakan media gambar dan kartu kata yang telah disediakan.

c.       Melakukan observasi
Pada waktu kegiatan pembelajaran berlangsung, Kepala Taman Kanak-Kanak bersama guru kelompok B melakukan observasi dan mencatat kejadian-kejadian selama kegiatan pembelajaran berlangsung yang nantinya dapat bermanfaat untuk pengambilan keputusan apakah guru dapat menggunakan kalimat dengan tepat atau perlu diadakan. Apakah tugs-tugas dan pertanyaan yang diajukan guru sudah mencerminkan pembelajaran kemampuan berbahasa (pra membaca)

d.      Pembuatan analisis dan refleksi
Dari hasil observasi dilakukan analisis pada tindakan 1 kemudian dilanjutkan dengan refleksi. Berdasarkan hasil analisis dan refleksi yang dilakukan bersama-sama ini, direncanakan perbaikan dengan melakukan tindakan 2 terhadap permasalahan-permasalahan yang masih ada. Untuk mengetahui apakah guru dapat menyusun rencana pembelajaran yang mencerminkan pembelajaran kemampuan berbahasa (pra membaca) dapat dilihat dan komponen-komponen yang terdapat pada rencana pembelajaran yang telah disusunnya.

SIKLUS – 2
a.       Penyusunan rencana tindakan 2
Rencana tindakan 2 disusun berdasarkan hasil analisis dan refleksi selama siklus 1.

b.      Pembelajaran tindakan 2
Tindakan 2 ini dilakukan terhadap permasalahan yang masih aa pada siklus 1. Diharapkan pada akhir tindakan 2, permasalahan guru dan siswa dalam pembelajaran kemampuan berbahasa (pra membaca) dapat diatasi.

c.       Pelaksanaan obersasi
Pada akhir tindakan 2 dilakukan analisis dan refleksi terhadap kegiatan yang telah dilakukan. Dan hasil analisis dan refleksi ini disusun kesimpulan dan saran dari seluruh kegiatan pada siklus 2.

d.      Data dan sumber data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa catatan-catatan, rencana persiapan mengajar, hasil observasi terhadap kegiatan pembelajaran dan hasil tugas atau pekerjaan siswa. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelompok B Taman Kanak-Kanak tahun pelajaran 2006 / 2007 berjumlah 23 anak. Jumlah tersebut terdiri atas 14 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan. Untuk memperolah data yang akurat dilakukan triaguliasi Kepala Taman Kanak-Kanak dan guru selama berlangsungnya penelitian.

e.       Teknik analisis data
Memperhatikan jenis data yang dikumpulkan, teknik data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis kualitatif. Analisis kualitatif dilakukan terhadap data kualitatif yang diperoleh dari hasil pengamatan terhadap siswa dan hal-hal lain yang nampak selama berlangsungnya penelitian.
Demikian juga aktivitas dan antusias siswa dalam pembelajaran juga didasarkan pada banyaknya indikator yang muncul. Selanjutnya dari hasil catatan dalam penelitian dilengkapi dengan hasil observasi, wawncara dan dokumentasi dilakukan analisis kualitatif.

f.        Lokasi penelitian
Lokasi penelitian tindakan ini adalah Taman Kanak-Kanak. Adapun pertimbangan pemilihan lokasi ini karena Taman Kanak-Kanak Pembina ini merupakan Taman Kanak-Kanak Negeri satu-satunya di wilayah Kecamatan Sedati dan merupakan tempat saya ditugaskan sebagai Kepala Taman Kanak-Kanak, sehingga memudahkan dalam pelaksanaan penelitian ini.


BAB IV
  HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN



Untuk mengatasi permasalahan tersebut disusunlah suatu pembelajaran dengan mengunakan media gambar dengan mengunakan penelitian tindakan kelas yang terdiri 2 siklus pembalajaran.

A.     SIKLUS I
1.      Persiapan Tindakan
Sebelum pembelajaran, peneliti (guru) membuat rancangan pembelajaran kemampuan berbahasa dengan mengunakan media gambar dan melaksanakan observasi dikelas untuk lebih mengenal karakter siswa sebelum melaksanakan akan pengajaran kemampuan berbahasa dengan indikator menghubungkan dan menyebutkan tulisan sederhana dengan simbol yang melambungkannya (bahasa 16) serta disesuaikan dengan tema tugas-tugas yang diberikan pada siswa dapat berupa tugas perorangan maupun kelompok.

2.      Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan dilakukan secara klasifikal dan kelompok :
a.       Pada kegiatan awal pembelajaran guru meminta satu siswa untuk menceritakan kejadian atau peristiwa yang dilihat dalam perjalanan berangkat dari rumah ke Taman Kanak-Kanak melalui kegiatan berbagi dn bertanya. Dari cerita ini, guru menanyakan pada siswa apa saja yang dapat diperoleh dari cerita tersebut.
b.      Guru mengajak siswa untuk mengamati benda-benda disekitar kelas dan guru menanyakan benda-benda yang dibutuhkan anak saat sekolah.
c.       Guru mengajarkan membaca dengan media gambar dan kartu kata dengan permainan menghubungkan atau mencocokkan kartu kata dengan gambar, guru meminta anak membaca kartu kata tersebut.
d.      Setiap siswa diberi tugas untuk memcocokkan gambar dengan kartu kartu kata yang ditunjukan guru secara ajak dan diminta untuk membaca kartu kata itu.

3.      Observasi pada Siklus I
a.       Pada waktu siswa bercerita tentang kejadian yang dilihat dalam perjalanan dari dari rumah ke Taman Kanak-Kanak, semua siswa nampak memperhatikan dan sekali-kali menyebutkan hal-hal yang sama yang diceritakan temannya.
b.      Waktu guru menanyakan kebutuhan apa saja yang diperlukan saat sekola, siswa dapat menyebutkan tas, buku, pensil, crayon, tempat minum, baju, celana, topi, sepatu.
c.       Pada saat siswa diminta membaca kartu kata itu, beberapa siswa dapat membaca dengan benar.
d.      Untuk tugas menghubungkan gambar dengan kartu kata, siswa dapat mencocokan kata dengan benar dan membaca kartu kata dengan benar, tetapi ada beberapa siswa yang tidak mau melaksanakan permainan tersebut.

4.      Analisis dan Refleksi Siklus I
a.       Pada waktu kegiatan berbagi bertanya, bercerita tentang kejadian disekitar anak, merupakan pengalaman bermanfaat bagi anak untuk menyampaikan sesuatu dengan bahasanya sendiri.
b.      Pada waktu guru meminta membaca kartu kata dibawa gambar, ada beberapa siswa membaca dengan benar, guru memberikan pujian kepada siswa.
c.       Karena media gambar dan kartu kata sedia dengan menaati, semua siswa nampak semangat terlihat dalam kegiatan ini.
d.      Setelah siswa bergantian menghubungkan kartu kata dengan gambar didepan kelas, ada beberapa anak tidak mau maju kedepan kelas untuk melaksanakan tugas itu, guru mendekati daan mengajak anak tersebut menghubungkan kartu kata dengan gambar yang disediakan.

5.      Siklus II
Kegiatan pada siklus kedua merupakan tindak lanjut dari kegiatan pada siklus pertama dalam kegiatan ini, guru mengingatkan kepada siswa tentang kegiatan yang telah dilaksanakan pada pertemuan sebelumnya yaaitu permainan mencocokan kartu kata dengan gambarnya.
Kegiatan dilanjutkan dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan permainan secara kelompok, kesempatan tersebut mendapat respon yang baik dari siswa. Hal ini terlihat minat anak melakukan permainan ini secara kelompok dan siswa dengan mudah mencocokan kartu kata dengan gambar serta lancar dalam membaca kartu kata.
Hasil tindakan pada siklus kedua ini diperoleh suatu perubahan, ternyata siswa ada peningkatan kemampuan dalam membaca kartu kata dalam permainan kelompok ini.


6.      Pembahasan
Berdasarkan hasil observasi selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran kemampuan berbahasa (PRA membaca) kelompok B Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Sedati dengan menggunakan media gambar dan kartu kata terlihat bahwa pengalaman belajar dengan bermainan siswa menjadi termotivasi untuk berkembang dan berkreasi. Siswa cenderung lebih semangat belajar membaca melalui permainan mengunakan gambar dan kartu kata. Hal ini sejalan dengan metode sintesa (montessoni) permainan membaca dilakukan dengan mengunakan  bantuan  gambar pada setiap memperkenalkan huruf atau kata, misalnya a disertai gambar ayam, atau apel. Begitu juga memperkenalkan kata buku disertai gambar buku.
Gambaran hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa diatas menunjukan bahwa sebenarnya siswa atau anak mempunyai kemampuanlebih dalam, kemampuan membaca dengan bantuan gambar. Guru diharapkan secara kreatif dan inovatif menggembangkan sendiri berbagai bentuk permainan membaca permulaan yang lebih menarik dan  menyenangkan anak.



BAB V



  

BAB I
PENDAHULUAN


A.     Latar Belakang

Pendidikan Taman Kanak-Kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan pra sekolah yang terdapat di jalur pendidikan sekolah (PP No. 27 Tahun 1990). Sebagai lembaga pendidikan pra-sekolah, tugas utama Taman Kanak-Kanak adalah mempersiapkan anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap perilaku, keterampilan dan intelektual agar dapat melakukan adaptasi dengan kegiatan belajar yang sesungguhnya di Sekolah Dasar.
Pandangan ini mengisyaratkan bahwa Taman Kanak-Kanak merupakan lembaga pendidikan pra-sekolah atau pra-akademik. Dengan demikian Taman Kanak-Kanak tidak mengemban tanggung jawab utama dalam membina kemampuan akademik anak seperti kemampuan membaca dan menulis. Substansi pembinaan kemampuan akademik atau skolastik ini harus menjadi tanggung jawab utama lembaga pendidikan Sekolah Dasar.
1
 
Alur pemikiran tersebut tidak selalu sejalan dan terimplementasikan dalam praktik kependidikan Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar di Indonesia. Pergeseran tanggung jawab pengembangan kemempuan skolastik dari Sekolah Dasar ke Taman Kanak-Kanak terjadi di mana-mana, baik secara terang-terangan maupun terselubung. Banyak Sekolah Dasar seringkali mengajukan persyaratan atau tes “membaca dan menulis”. Lembaga Pendidikan Sekolah Dasar seperti ini sering pula di anggap sebagai lembaga pendidikan “berkualitas dan bonafide”.
Peristiwa praktik pendidikan seperti itu mendorong lembaga pendidikan Taman Kanak-Kanak maupun orang tua berlomba mengajarkan kemampuan akademik membaca dan menulis dengan mengadapsi pola-pola pembelajaran di Sekolah Dasar. Akibatnya, tidak jarang Taman Kanak-Kanak tidak lagi menerapkan prinsip-prinsip bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain, sehingga Taman Kanak-Kanak tidak lagi taman yang indah, tempat bermain dan berteman banyak, tetapi beralih menjadi “Sekolah” Taman Kanak-Kanak dalam makna menyekolahkan secara dini pada anak-anak. Tanda-tandanya terlihat pada pentargetan kemampuan akademik membaca dan menulis agar bisa memasukkan anaknya ke Sekolah Dasar favorit.
Mengajarkan membaca dan menulis di Taman Kanak-Kanak dapat dilaksanakan selama batas-batas aturan pengembangan pra-sekolah serta mendasarkan diri pada prinsip dasar hakiki dari pendidikan Taman Kanak-Kanak sebagai sebuah taman bermain, sosialisasi, dan pengembangan berbagai kemampuan pra-skolastik yang lebih substansi yaitu bidang pengembangan kemampuan dasar yang meliputi kemampuan berbahasa atau membaca kognitif, fisik-motorik dan seni.
Mencermati kondisi kegiatan pembelajaran membaca dan menulis di Taman Kanak-Kanak yang berlangsung sebagaimana digambarkan di atas, perlu dilakukan penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan tertentu yang direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi. Dengan serangkaian tindakan itu diharapkan dapat mengubah suasana pembelajaran ke arah pembelajaran yang lebih memungkinkan siswa terlibat secara aktif dan menyenangkan. Hal itu dapat dicapai dengan melalui pembelajaran menggunakan media gambar. Media gambar adalah penyajian visual 2 dimensi yang dibuat berdasarkan unsur dan prinsip rancangan gambar, yang berisi unsur kehidupan sehari-hari tentang manusia benda-benda, binatang, peristiwa, tempat dan sebagainya (Taufik Rachmat, 1994).
Gambar banyak digunakan guru sebagai media dalam proses belajar mengajar, sebab mudah diperoleh tidak mahal dan efektif, serta menambah gairah dalam motivasi belajar siswa.

B.     Rumusan Masalah

Agar penelitian tindakan ini dapat lebih terarah, maka secara operational permasalahan penelitian ini difokuskan pada media gambar dan guru dalam pelaksananaan proses belajar mengajar, membaca di Kelompok B Taman Kanak-Kanak . Secara rinci permasalahan penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1.      Bagaimanakah gambaran pembelajaran membaca dengan media gambar di Taman Kanak-Kanak secara klasikal ?
2.      Bagaimanakah gambaran pembelajaran membaca di Taman Kanak-Kanak dengan media gambar secara kelompok ?
3.      Apakah terjadi peningkatan kemampuan siswa dalam membaca setelah mereka mengikuti pembelajaran membaca dan menulis dengan menggunakan media gambar?

C.     Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menemukan terjadinya peningkatan kemampuan membaca dan menulis dengan menggunakan media gambar. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :
1.      Menggambarkan pembelajaran membaca di Taman Kanak-Kanak dengan media gambar secara klasikal.
2.      Menggambarkan pembelajaran membaca di Taman Kanak-Kanak dengan media gambar secara kelompok.
3.      Menemukan terjadinya peningkatan kemampuan siswa dalam membaca setelah menerapkan pembelajaran dengan menggunakan media gambar.

D.    Lingkup Penelitian
Lingkup penelitian yang menjadi batasan materi dalam penelitian adalah kemampuan berbahasa dengan media gambar di Taman Kanak-Kanak Kelompok B. penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelompok B Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo.

E.     Definisi Operasional
Untuk mendapatkan kesamaan arti pada penelitian ini dipertukarkan pendefinisian istilah :
1.      Kemampuan berbahasa yang diajarkan di Taman Kanak-Kanak kelompok B pada penelitian ini sesuai dengan materi yang terdapat pada kurikulum Taman Kanak-Kanak 2004 yaitu kemampuan membaca permulaan (pra membaca), sedangkan pelaksanaannya menggunakan pendekatan temaik dan pembelajaran yang berorientasi pada prinsip bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain.
2.      Yang dimaksud siswa mampu membaca permulaan (pra membaca) adalah siswa dapat menghubungkan dan menyebutkan tulisan sederhana dengan simbol yang melambangkannya atau media gambarnya.

F.      Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi :
1.      Siswa Taman Kanak-Kanak, agar mereka terbiasa dalam suasana kegiatan pembelajaran di Taman Kanak-Kanak yang menyenangkan dan tidak menakutkan.
2.      Bagi guru Taman Kanak-Kanak, dengan penerapan media gambar, guru memperoleh pengalaman baru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran kemampuan berbahasa di Taman Kanak-Kanak yang berpusat pada anak.
3.      Bagi peneliti, dapat membantu guru dalam mengatasi masalah dalam pembelajaran kemampuan berbahasa di Taman Kanak-Kanak.

BAB II





TINJAUAN PUSTAKA


A.     Perkembangan Kemampuan Berbahasa

Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi seorang anak untuk mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya. Anak-anak  yang memiliki kemampuan berbahasa yang baik pada umumnya memiliki kemampuan yang baik pula dalam mengungkapkan pemikiran, perasaan serta tindakan interaktif dengan lingkungannya. Kemampuan berbahasa ini tidak selalu didominasi oleh kemampuan membaca saja tetapi juga terdapat sub potensi lainnya yang memiliki peranan yang lebih besar seperti penguasaan kosa kata, pemahaman (mendengar dan menyimak) dan kemampuan berkomunikasi.
Pada usia Taman Kanak-Kanak (4 – 6 tahun), perkembangan kamampuan berbahasa anak ditandai oleh berbagai kemampuan sebagai berikut :
1.      Mampu menggunakan kata ganti saya dalam berkomunikasi.
2.      Memiliki  berbagai perbendaharaan kata kerja, kata sifat, kata keadaan, kata tanya dan kata sambung.
3.      Menunjukkan pengertian dan pemahaman tentang sesuatu.
4.     
7
 
Mampu menggungkapkan pikiran, perasaan, dan tindakan dengan menggunakan kalimat sederhana.
5.      Mampu membaca dan mengungkapkan sesuatu melalui gambar

Perkembangan kemampuan tersebut muncul ditandai oleh berbagai gejala seperti senang bertanya dan memberikan informasi tentang berbagai hal, berbicara sendiri, dengan atau tanpa menggunakan alat seperti (boneka, mobil mainan, dan sebagainya). Mencoret-coret buku atau dinding dan menceritakan sesuatu yang fantastik. Gejala-gejala ini merupakan pertanda munculnya kepermukaan berbagai jenis potensi tersembunyi (hidden potency) menjadi potensi tampak (actual potency). Kondisi tersebut menunjukkan berfungsi dan berkembangnya sel-sel saraf pada otak. (DepDikNas, 2000 : 6)
Secara khusus, perkembangan kemampuan membaca pada anak berlangsung dalam beberapa tahap sebagai berikut:
1.      Tahap fantasi (magical stage)
Pada tahap ini anak mulai belajar menggunakan buku, mulai berpikir bahwa buku itu penting, melihat atau membolak-balikan buku dan kadang-kadang anak membawa buku kesukaannya. Pada tahap pertama, guru dapat memberikan atau menunjukkan model/contoh tentang perlunya membaca, membacakan sesuatu pada anak, membicarakan buku pada anak.

2.      Tahap pembentukan konsep diri (self concept stage)
Anak memandang dirinya sebagai pembaca, dan mulai melibatkan diri dalam kegiatan membaca, pura-pura membaca buku, memberi makna pada gambar atau pengalaman sebelumnya dengan buku, menggunakan bahasa buku meskipun tidak cocok dengan tulisan.
Pada tahap kedua, orang tua atau guru memberikan rangsangan dengan jalan membacakan sesuatu pada anak. Guru hendaknya memberikan akses pada buku-buku yang diketahui anak-anak. Orang tua atau guru juga hendaknya melibatkan anak membacakan buku.

3.      Tahap membaca gambar (bridging reading stage)
Pada tahap ini anak menjadi sadar pada cetakan yang tampak serta dapat menemukan kata yang sudah dikenal, dapat mengungkapkan kata-kata yang memiliki makna dengan dirinya, dapat mengulang kembali cerita yang tertulis, dapat mengenal cetakan kata dari puisi atau lagu yang dikenalinya serta sudah mengenal abjad.
Pada tahap ketiga, guru membacakan sesuatu pada anak-anak, menghadirkan berbagai kosa kata pada lagu dan puisi, memberikan kesempatan sesering mungkin.

4.      Tahap pengenalan bacaan (take-off reader stage)
Anak mulai menggunakan tiga sistem isyarat (fraphoponic, semantic dan syntactic) secara bersama-sama. Anak tertarik pada bacaan, mulai mengingat kembali cetakan pada konteknya, berusaha mengenal tanda-tanda pada lingkungan serta membaca berbagai tanda seperti kotak susu, pasta gigi, atau papan iklan.
Pada tahap keempat guru masih harus membacakan sesuatu pada anak-anak sehingga mendorong anak membaca suatu pada berbagai situasi. Orang tua dan guru jangan memaksa anak membaca huruf secara sempurna.

5.      Tahap membaca lancar (independent reader stage)
Pada tahap ini anak dapat membaca berbagai jenis buku yang berbeda secara bebas. Menyusun pengertian dari tanda, pengalaman dan isyarat yang dikenalnya, dapat membuat perkiraan bahan-bahan bacaan. Bahan-bahan yang berhubungan secara langsung dengan pengalaman anak semakin mudah dibaca. (DepDikNas, 2000 : 7 – 8).

Untuk memberikan rangsangan positif terhadap munculnya berbagai potensi keberbahasaan anak diatas maka permainan dan berbagai alatnya memegang peranan penting. Lingkungan (termasuk didalamnya peranan orang tua dan guru) seharusnya menciptakan berbagai aktifitas bermain secara sederhana yang memberikan arah dan bimbingan agar berbagai potensi yang tampak akan tumbuh dan berkembang secara optimal

B.     Pembelajaran Kemampuan Berbahasa di Taman Kanak-Kanak
Untuk melaksanakan pembelajaran kemampuan berbahasa guru perlu mengindentifikasi kemampuan yang diharapkan di capai dalam kurikulum Taman Kanak-Kanak 2004 yang relevan, kemampuan-kemampuan tersebut dipilih dan dikelompokkan agar memudahkan guru yang identifikasi berbagai bentuk kemampuan yang mendasari perkembangan membaca dalam kegiatan belajar mengajar.
Kemampuan dalam Kurikulum Taman Kanak-Kanak 2004 dapat disusun dan dikelompokkan dalam permainan membaca sebagai berikut :
1.      Kemampuan mendengar
Kemampuan mendengar merupakan kemampuan anak untuk dapat menghayati alam dan mendengar pendapat orang lain dengan indera pendengaran. Kemampuan ini berkaitan dengan kesanggupan anak-anak mengangkap isi pesan dari orang lain secara benar

2.      Kemampuan melihat dan memahami
Kemampuan melihat merupakan kemampuan untuk dapat menghayati dan mengamati atau dengan menggunakan indera penglihatan. Kemampuan ini berkaitan dengan bentuk kesanggupan anak melihat sesuatu benda atau peristiwa serta membahami hal-hal yang berkaitan dengan sesuatu tersebut.

3.      Kamampuan berbicara
Kemampuan berbicara merupakan kemampuan anak berkomunikasi secara lisan dengan orang lain. Kemampuan ini memberikan gambaran tentang kesanggupan anak menyusun berbagai kosa kata yang telah dikuasai menjadi sesuatu rangkaian pembicaraan secara berstruktur.

4.      Membaca gambar
Kemampuan ini mengungkapkan kesanggupan anak membaca sesuatu menggunakan gambar. Kemampuan ini sebagai tahap awat dalam membaca permulaan, indikator yang termasuk dalam kemampuan ini adalah.
a.         Membuat gambar dan menceritakan isi gambar dengan beberapa coretan / tulisan yang sudah berbentuk huruf atau kata. (Bhs. 11)
b.         Bercerita tentang gambar yang disediakan atau dibuat sendiri dengan urut dan berbahasa yang jelas. (Bhs. 13)
c.         Mengurutkan dan menceritakan isi gambar seri (4 – 6 gambar). (Bhs. 14)
d.         Membaca buku untuk bergambar yang memiliki kalimat sederhana dan menceritakan isi buku dengan menunjukkan beberapa kata yang dikenalnya.
e.         Menghubungkan dan menyebutkan tulisan sederhana dengan simbol yang melambangkannya. (Bhs. 16)

Materi permainan disusun dan dikembangkan berdasarkan kemampuan yang akan dicapai. Disamping pengembangan materi harus diterapkan permainan yang cocok dengan kegiatan. Media dan sarana serta proses permainan sangat menentukan keberhasilan pembelajaran kemampuan berbahasa di Taman Kanak-Kanak. (DepDikNas, 2000 : 31)

C.     Media Gambar
Media gambar adalah penyajian visual 2 dimensi yang dibuat berdasarkan unsur dan prinsip rancangan gambar, yang berisi unsur kehidupan sehari-hari tentang manusia, benda-benda, binatang, peristiwa, tempat dan lain sebagainya. (Taufik Rachmat, 1994).
Gambar banyak digunakan guru sebagai media dalam proses belajar mengajar, sebab mudah diperoleh tidak mahal dan efektif. Di dalam buku-buku, majalah, dan surat kabar, banyak gambar yang pada suatu saat dapat digunakan dan dimanfaatkan sebagai media pembelajaran.
Media pembelajaran adalah segala sesuatu saat dapat digunakan dan dimanfaatkan sebagai media pembelajaran.
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang diguinakan guru untuk menyampaikan pesan pembelajaran yang dapat merangsang, menarik perhatian dan memudahkan siswa sehingga terjadi proses belajar yang menyenangkan. Dengan demikian di samping berfungsi sebagai sarana yang digunakan untuk menyalurkan pesan media pembelajaran juga berfungsi mempermudah siswa untuk belajar.


BAB III


METODE PENELITIAN


A.     Pendekatan Dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, penelitian ini berangkat dari masalah yang di dapat di lapangan, kemudian direfleksikan dan dianalisis berdasarkan teori yang menunjang, kemudian dilaksanakan tindakan di lapangan. Kesimpulan yang diperoleh tidak dapat digeneralisasikan pada ruang lingkup yang lebih luas, karena untuk kondisi dan situasi yang berbeda hasilnya dapat berbeda. Penelitian ini dapat dijadikan model untuk memberikan rekomendasi pada situasi yang lain (Arifin Imron, 1990 : 4)
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian berusaha untuk memahami makna peristiwa dari interaksi yang terjadi selama penelitian berlangsung.

B.     Model Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, karena penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkah pada penelitian tindakan yang meliputi penyusunan rencana, melaksanakan tindakan, mengobservasi, melakukan analisis dan refleksi terhadap hasil observasi dari hasil analisis dan refleksi setiap akhir kegiatan dilakukan tindakan perbaikan pada siklus yang berikutnya berdasarkan hasil analisis dan refleksi yang dibuat sebelumnya.
Pada model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini pembelajaran kemampuan membaca melalui penerapan media gambar.

C.     Rancangan Penelitian
Penelitian tindakan ini dilaksanakan dalam dua siklus kegiatan yaitu siklus 1 dan siklus 2. Masing-masing siklus terdiri 4 tahap kegiatan yaitu :
1.      Menyusun rencana tindakan
2.      Melaksanakan tindakan
3.      Melakukan observasi
4.      Membuat analisis dilanjutkan refleksi

Pada penelitian ini yang melaksanakan kegiatan mengajar adalah Kepala Taman Kanak-Kanak bersama-sama dengan guru kelompok B sekaligus sebagai observer

SIKLUS – 1

a.       Penyusunan rencana tindakan 1
Pada tahap ini Kepala Taman Kanak-Kanak menyusun rencana pembelajaran berdasarkan pokok bahasan dan tema yang akan diajarkan yaitu kemampuan membaca meliputi merumuskan tujuan pembelajaran, menyusun langkah-langkah pembelajaran, merencanakan alat peraga (media) apa yang sesuai pokok bahasan yang akan diajarkan dari bagaimana menggunakannya, serta menyusun alat evaluasi yang sesuai dengan tujuan.

b.      Pemberian tindakan 1
Guru melaksanakan pengajaran dengan menggunakan media gambar sesauai dengan perencanaan yang telah disusun. Pada kegiatan awal pembelajaran guru melakukan kegiatan berbagi dan bertanya serta tanya jawab tentang benda-benda di sekitar anak, siswa di bentuk tiga kelompok yang terdiri dari 7 – 8 anak, siswa, masing-masing kelompok di beri tugas untuk mengamati dan melihat gambar-gambar benda yang telah disediakan, kemudian siswa diminta menghubungkan antara tulisan (kata) dengan gambar benda yang melambangkan. Dengan memberikan tugas-tugas diharapkan siswa mendapat pemahaman tentang konsep kemampuan membaca permulaan dengan menggunakan media gambar dan kartu kata yang telah disediakan.

c.       Melakukan observasi
Pada waktu kegiatan pembelajaran berlangsung, Kepala Taman Kanak-Kanak bersama guru kelompok B melakukan observasi dan mencatat kejadian-kejadian selama kegiatan pembelajaran berlangsung yang nantinya dapat bermanfaat untuk pengambilan keputusan apakah guru dapat menggunakan kalimat dengan tepat atau perlu diadakan. Apakah tugs-tugas dan pertanyaan yang diajukan guru sudah mencerminkan pembelajaran kemampuan berbahasa (pra membaca)

d.      Pembuatan analisis dan refleksi
Dari hasil observasi dilakukan analisis pada tindakan 1 kemudian dilanjutkan dengan refleksi. Berdasarkan hasil analisis dan refleksi yang dilakukan bersama-sama ini, direncanakan perbaikan dengan melakukan tindakan 2 terhadap permasalahan-permasalahan yang masih ada. Untuk mengetahui apakah guru dapat menyusun rencana pembelajaran yang mencerminkan pembelajaran kemampuan berbahasa (pra membaca) dapat dilihat dan komponen-komponen yang terdapat pada rencana pembelajaran yang telah disusunnya.

SIKLUS – 2
a.       Penyusunan rencana tindakan 2
Rencana tindakan 2 disusun berdasarkan hasil analisis dan refleksi selama siklus 1.

b.      Pembelajaran tindakan 2
Tindakan 2 ini dilakukan terhadap permasalahan yang masih aa pada siklus 1. Diharapkan pada akhir tindakan 2, permasalahan guru dan siswa dalam pembelajaran kemampuan berbahasa (pra membaca) dapat diatasi.

c.       Pelaksanaan obersasi
Pada akhir tindakan 2 dilakukan analisis dan refleksi terhadap kegiatan yang telah dilakukan. Dan hasil analisis dan refleksi ini disusun kesimpulan dan saran dari seluruh kegiatan pada siklus 2.

d.      Data dan sumber data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa catatan-catatan, rencana persiapan mengajar, hasil observasi terhadap kegiatan pembelajaran dan hasil tugas atau pekerjaan siswa. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelompok B Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Kecamatan Sedati tahun pelajaran 2006 / 2007 berjumlah 23 anak. Jumlah tersebut terdiri atas 14 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan. Untuk memperolah data yang akurat dilakukan triaguliasi Kepala Taman Kanak-Kanak dan guru selama berlangsungnya penelitian.

e.       Teknik analisis data
Memperhatikan jenis data yang dikumpulkan, teknik data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis kualitatif. Analisis kualitatif dilakukan terhadap data kualitatif yang diperoleh dari hasil pengamatan terhadap siswa dan hal-hal lain yang nampak selama berlangsungnya penelitian.
Demikian juga aktivitas dan antusias siswa dalam pembelajaran juga didasarkan pada banyaknya indikator yang muncul. Selanjutnya dari hasil catatan dalam penelitian dilengkapi dengan hasil observasi, wawncara dan dokumentasi dilakukan analisis kualitatif.

f.        Lokasi penelitian
Lokasi penelitian tindakan ini adalah Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo. Adapun pertimbangan pemilihan lokasi ini karena Taman Kanak-Kanak Pembina ini merupakan Taman Kanak-Kanak Negeri satu-satunya di wilayah Kecamatan Sedati dan merupakan tempat saya ditugaskan sebagai Kepala Taman Kanak-Kanak, sehingga memudahkan dalam pelaksanaan penelitian ini.


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN





Melihat dari permasalahan yang terdapat dalam pembelajaran kemampuan berbahasa sebelum penelitian ini dilaksanakan yaitu tidak jarang sebagai guru taman kanak-kanak dalam pelajaran ini kurang menarik dan menyenangkan siswa. Guru ini biasanya mengajarkan kemampuan membaca dengan mengeja yaitu cara lama yang sering dipakai orang tua untuk mengajar membaca, caranya dengan memperkenalkan huruf satu persatu terlebih dahulu dan menghafalkan bunyinya. Langkah selanjutnya adalah menghafal bunyi rangkaian menjadi sebuah suku kata. Dengan cara ini siswa Taman Kanak-Kanak sulit merangkaikan bunyi huruf yang satu dengan yang lain, bahkan pembelajaran seperti ini yang terkadang membuat siswa takut untuk sekolah.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut disusunlah suatu pembelajaran dengan mengunakan media gambar dengan mengunakan penelitian tindakan kelas yang terdiri 2 siklus pembalajaran.

A.     SIKLUS I
1.      Persiapan Tindakan
Sebelum pembelajaran, peneliti (guru) membuat rancangan pembelajaran kemampuan berbahasa dengan mengunakan media gambar dan melaksanakan observasi dikelas untuk lebih mengenal karakter siswa sebelum melaksanakan akan pengajaran kemampuan berbahasa dengan indikator menghubungkan dan menyebutkan tulisan sederhana dengan simbol yang melambungkannya (bahasa 16) serta disesuaikan dengan tema tugas-tugas yang diberikan pada siswa dapat berupa tugas perorangan maupun kelompok.

2.      Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan dilakukan secara klasifikal dan kelompok :
a.       Pada kegiatan awal pembelajaran guru meminta satu siswa untuk menceritakan kejadian atau peristiwa yang dilihat dalam perjalanan berangkat dari rumah ke Taman Kanak-Kanak melalui kegiatan berbagi dn bertanya. Dari cerita ini, guru menanyakan pada siswa apa saja yang dapat diperoleh dari cerita tersebut.
b.      Guru mengajak siswa untuk mengamati benda-benda disekitar kelas dan guru menanyakan benda-benda yang dibutuhkan anak saat sekolah.
c.       Guru mengajarkan membaca dengan media gambar dan kartu kata dengan permainan menghubungkan atau mencocokkan kartu kata dengan gambar, guru meminta anak membaca kartu kata tersebut.
d.      Setiap siswa diberi tugas untuk memcocokkan gambar dengan kartu kartu kata yang ditunjukan guru secara ajak dan diminta untuk membaca kartu kata itu.

3.      Observasi pada Siklus I
a.       Pada waktu siswa bercerita tentang kejadian yang dilihat dalam perjalanan dari dari rumah ke Taman Kanak-Kanak, semua siswa nampak memperhatikan dan sekali-kali menyebutkan hal-hal yang sama yang diceritakan temannya.
b.      Waktu guru menanyakan kebutuhan apa saja yang diperlukan saat sekola, siswa dapat menyebutkan tas, buku, pensil, crayon, tempat minum, baju, celana, topi, sepatu.
c.       Pada saat siswa diminta membaca kartu kata itu, beberapa siswa dapat membaca dengan benar.
d.      Untuk tugas menghubungkan gambar dengan kartu kata, siswa dapat mencocokan kata dengan benar dan membaca kartu kata dengan benar, tetapi ada beberapa siswa yang tidak mau melaksanakan permainan tersebut.

4.      Analisis dan Refleksi Siklus I
a.       Pada waktu kegiatan berbagi bertanya, bercerita tentang kejadian disekitar anak, merupakan pengalaman bermanfaat bagi anak untuk menyampaikan sesuatu dengan bahasanya sendiri.
b.      Pada waktu guru meminta membaca kartu kata dibawa gambar, ada beberapa siswa membaca dengan benar, guru memberikan pujian kepada siswa.
c.       Karena media gambar dan kartu kata sedia dengan menaati, semua siswa nampak semangat terlihat dalam kegiatan ini.
d.      Setelah siswa bergantian menghubungkan kartu kata dengan gambar didepan kelas, ada beberapa anak tidak mau maju kedepan kelas untuk melaksanakan tugas itu, guru mendekati daan mengajak anak tersebut menghubungkan kartu kata dengan gambar yang disediakan.

5.      Siklus II
Kegiatan pada siklus kedua merupakan tindak lanjut dari kegiatan pada siklus pertama dalam kegiatan ini, guru mengingatkan kepada siswa tentang kegiatan yang telah dilaksanakan pada pertemuan sebelumnya yaaitu permainan mencocokan kartu kata dengan gambarnya.
Kegiatan dilanjutkan dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan permainan secara kelompok, kesempatan tersebut mendapat respon yang baik dari siswa. Hal ini terlihat minat anak melakukan permainan ini secara kelompok dan siswa dengan mudah mencocokan kartu kata dengan gambar serta lancar dalam membaca kartu kata.
Hasil tindakan pada siklus kedua ini diperoleh suatu perubahan, ternyata siswa ada peningkatan kemampuan dalam membaca kartu kata dalam permainan kelompok ini.


6.      Pembahasan
Berdasarkan hasil observasi selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran kemampuan berbahasa (PRA membaca) kelompok B Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Sedati dengan menggunakan media gambar dan kartu kata terlihat bahwa pengalaman belajar dengan bermainan siswa menjadi termotivasi untuk berkembang dan berkreasi. Siswa cenderung lebih semangat belajar membaca melalui permainan mengunakan gambar dan kartu kata. Hal ini sejalan dengan metode sintesa (montessoni) permainan membaca dilakukan dengan mengunakan  bantuan  gambar pada setiap memperkenalkan huruf atau kata, misalnya a disertai gambar ayam, atau apel. Begitu juga memperkenalkan kata buku disertai gambar buku.
Gambaran hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa diatas menunjukan bahwa sebenarnya siswa atau anak mempunyai kemampuanlebih dalam, kemampuan membaca dengan bantuan gambar. Guru diharapkan secara kreatif dan inovatif menggembangkan sendiri berbagai bentuk permainan membaca permulaan yang lebih menarik dan  menyenangkan anak.


25
 
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN


A.     Kesimpulan
Dari hasil-hasil penelitian dilakukan pembelajaran kemampuan membaca permulaan (pra membaca) dengan menggunakan media gambar secara khusus penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.      Pembelajaran dengan menggunakan media gambar lebih meningkatkan kualitas pembelajaran pengembangan membaca permulaan.
2.      Penggunaan media gambar membuat kegiatan pembelajaran lebih menyenang dan siswa terlibat aktif.
3.      Penguasaan siswa terhadap pembelajaran membaca permulaan ini setelah siklus kedua > 80%, hal ini dapat dibuktikan dari kegiatan yang dilakukan siswa dalam mencocokkan kartu kata dengan gambar yang tersedia.

B.     Saran-Saran
1.           Berdasarkan pengalaman melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan media gambar ini diharapkan guru dapat mengembangkan model pembelajaran serupa untuk indikator-indikator atau pokok bahasan lainnya serta dapat menstransfer pengalamannya dengan guru yang lain.
2.           Supaya siswa TK mempunyai pengalaman dalam pembelajaran kemampuan berbahasa (pra membaca), yang menarik dan menyenangkan hendaknya Taman Kanak-Kanak menyediakan berbagai macam media gambar dan kartu kata.


















DAFTAR RUJUKAN


Dekdikbud, 1997. Media Dalam Proses Pembelajaran I. Pusat Pengembangan Penataran Guru IPS dan PMP Malang

Depdiknas 2000. Permainan Membaca dan Menulis Di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Depdiknas

Depdiknas. 2005. Kurikulum 2004 Taman Kanak-Kanak dan Roudlatul Athfal. Jakarta

Harti Kartini Dkk, 2003. Peningkatan Kemampuan Bertanya Siswa SD Dalam Pembelajaran IPA Melalui Penerapan Model Interaktif

Nurhakiki, Rini Dkk, 200. Implementasi Pendidikan Matematika Realistik Pada Pokok Bahasan Pengukuran di Kelas III SD Dalam Rangka Sosialisasi Kurikulum 2004, FMIP. A UM 2004

Nurani Musta’in, 2004. Anak Islam Suka Membaca, Surakarta : Penerbit Pusaka Anamah

Wina Sanjaya, 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan Jakarta. Penerbit Kencana Prenada Media.
KESIMPULAN DAN SARAN


A.     Kesimpulan
Dari hasil-hasil penelitian dilakukan pembelajaran kemampuan membaca permulaan (pra membaca) dengan menggunakan media gambar secara khusus penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.      Pembelajaran dengan menggunakan media gambar lebih meningkatkan kualitas pembelajaran pengembangan membaca permulaan.
2.      Penggunaan media gambar membuat kegiatan pembelajaran lebih menyenang dan siswa terlibat aktif.
3.      Penguasaan siswa terhadap pembelajaran membaca permulaan ini setelah siklus kedua > 80%, hal ini dapat dibuktikan dari kegiatan yang dilakukan siswa dalam mencocokkan kartu kata dengan gambar yang tersedia.

B.     Saran-Saran
1.           Berdasarkan pengalaman melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan media gambar ini diharapkan guru dapat mengembangkan model pembelajaran serupa untuk indikator-indikator atau pokok bahasan lainnya serta dapat menstransfer pengalamannya dengan guru yang lain.
2.           Supaya siswa TK mempunyai pengalaman dalam pembelajaran kemampuan berbahasa (pra membaca), yang menarik dan menyenangkan hendaknya Taman Kanak-Kanak menyediakan berbagai macam media gambar dan kartu kata.




DAFTAR RUJUKAN


Dekdikbud, 1997. Media Dalam Proses Pembelajaran I. Pusat Pengembangan Penataran Guru IPS dan PMP Malang

Depdiknas 2000. Permainan Membaca dan Menulis Di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Depdiknas

Depdiknas. 2005. Kurikulum 2004 Taman Kanak-Kanak dan Roudlatul Athfal. Jakarta

Harti Kartini Dkk, 2003. Peningkatan Kemampuan Bertanya Siswa SD Dalam Pembelajaran IPA Melalui Penerapan Model Interaktif

Nurhakiki, Rini Dkk, 200. Implementasi Pendidikan Matematika Realistik Pada Pokok Bahasan Pengukuran di Kelas III SD Dalam Rangka Sosialisasi Kurikulum 2004, FMIP. A UM 2004

Nurani Musta’in, 2004. Anak Islam Suka Membaca, Surakarta : Penerbit Pusaka Anamah

Wina Sanjaya, 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan Jakarta. Penerbit Kencana Prenada Media.

Tidak ada komentar: